Harga Minyak 'Jatuh', Brent dan WTI Terkoreksi Hingga Lebih Dari 5 Persen

Harga Minyak 'Jatuh', Brent dan WTI Terkoreksi Hingga Lebih Dari 5 Persen

ILustrasi - Tambang minyak dunia. FOTO: Dr StClaire - Pixabay.-ilustrasi-

Akhir-akhir ini, pasar mengalami kemunduran menyusul pelepasan cadangan bersama dengan kekhawatiran perlambatan permintaan di China, di mana pandemi yang bangkit kembali mendorong penguncian di sejumlah kota termasuk Shanghai.

Pabrik penyulingan China akhir-akhir ini menghindari kontrak baru dengan Rusia, menunjukkan bahwa Beijing lebih berhati-hati untuk tidak secara terang-terangan mendukung Moskow.

Risalah Federal Reserve (The Fed), sementara itu, merinci bahwa bank sentral AS itu berencana menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan terbarunya, tetapi memilih kenaikan yang lebih kecil karena perang di Ukraina.

(BACA JUGA:Pertamax Naik Tapi Pertalite Disubsidi, Aktivis 98: Kurang Baik Apa Pak Jokowi)

Risalah itu menunjukkan pendekatan  hawkish  bagi The Fed ketika mencoba untuk mengekang inflasi, yang mendorong dolar AS. 

Minyak sering bergerak berlawanan arah dengan dolar karena sebagian besar transaksi minyak dilakukan dalam mata uang AS tersebut.

"Pasar sebagian besar tampaknya bereaksi di sekitar komentar Fed dan laporan penyimpanan EIA," kata Gary Cunningham, Direktur Tradition Energy. The Fed "memberikan kekuatan pada dolar dan itu tercermin dalam harga minyak yang lebih rendah."

Stok minyak mentah Amerika melonjak 2,4 juta barel dalam minggu terakhir, tutur Badan Informasi Energi AS, sementara analis memperkirakan penarikan. 

(BACA JUGA:Aliansi Mahasiswa: Wapres Ma'ruf Amin 'Mencla-Mencle', Ulama Tapi Kok 'Paksa' Ummat Disuntik Vaksin Haram)

Output juga melesat, mencapai 11,8 juta barel per hari, terbesar sejak akhir 2021, dan output diperkirakan terus meningkat. 

Amerika Serikat juga melepaskan hampir 4 juta barel dari cadangan strategisnya dalam pekan tersebut.

Amerika Serikat dan sekutunya, Rabu, menyiapkan sanksi baru terhadap Moskow atas pembunuhan warga sipil di Ukraina, yang oleh Presiden Volodymyr Zelenskiy digambarkan sebagai "kejahatan perang." .

Rusia sendiri membantah menargetkan warga sipil.

(BACA JUGA:Siap-Siap, Transaksi Kripto Bakal Dikenakan Pajak Ganda Mulai 1 Mei 2022)

Ke-27 negara anggota akan memutuskan apakah bakal menyetujui usulan sanksi Uni Eropa yang akan melarang pembelian batu bara Rusia dan mencegah kapal Rusia memasuki pelabuhan Uni Eropa.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: