Ambang Batas Minimal Usia Capres 40 Tahun Gak Fair, Emil Dardak: Percayakan Saja Rakyat yang Menentukan!

Ambang Batas Minimal Usia Capres 40 Tahun Gak Fair, Emil Dardak: Percayakan Saja Rakyat yang Menentukan!

Tangkapan layar Youtube, Ketua DPP Partai Demokrat Jawa Timur yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak, saat mengikuti diskusi Disposisi oleh Prodewa dan Total Politik bertajuk 'Dilema Pilpres 2024: Presidential Threshold dan Syarat Mini--

BACA JUGA:#SaveAniesBaswedan Jadi Trending Topik di Twitter, Ragam Komentar

"Kan kita itu misalnya untuk jadi Presiden harus orang Jawa, harus Islam. Islam pun, harus pakai kerudung yang rapi, gak kelihatan bajunya. Itu di Indonesia, ditambah dengan begini-begini Undang-Undang pemilu (Aturan Treshold dan usia), harus 40 tahun umurnya, ambang batas presiden harus 20 persen, ini kan beban politik kita secara umum menumpuk, yang kemudian membuat demokrasi kita seperti itu," kata dia. 

Mengubur Mimpi Anak Muda Jadi Pemimpin

Kritikan tajam mengenai sistem Pemilu di Indonesia juga muncul dari Politisi muda senayan, Hillary Brigitta Lasut. 

Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi Nasdem itu menilai, aturan Pemilu di Indonesia serta stigma mengenai pemimpin di Indonesia yang terjadi saat ini, menguburkan mimpi banyak anak muda untuk menjadi pemimpin. 

Brigitta mengatakan, kecil kemungkinan jika orang seperti dirinya terpilih menjadi presiden. Menurutnya, hal itu tidak akan terjadi apabila sistem pemilihan capres diubah.

BACA JUGA:Megawati Kaget Ada Dewan Kolonel di PDIP untuk Puan Maharani Capres 2024

BACA JUGA:Siapa Berani Jegal Pencapresan Prabowo Subianto?

"Karena namanya partai itu play to win. Mana ada orang Indonesia berpikir partai Indonesia ini kalau ngitung-ngitungan dia Cina, umur 20 tahun, orang Manado, Kristen pula menjadi presiden, gimana ngitungnya bro? Kecuali mungkin di Indonesia ini kita ubah sistem pemilihannya," jelas Brigitta.

"Kita ubah biar anak indonesia itu bisa mimpi bahwa calon presidennya itu bisa mungkin perempuan 25 tahun, orang dari sulawesi, bukan dari pulau Jawa itu caranya cuma satu, bagaimana supaya pemilu tetap demokratif one man one vote, tapi satu provinsi ngitungnya satu. Kalau mau kayak gitu itu baru demokrasi, tapi kalau begini terus sampai mati gue nggak bakal dicalonin bro," tambahnya.

Brigitta menyebut, ada sejumlah kriteria figur yang nyaris tak mungkin jadi presiden. Brigitta menilai dia termasuk orang yang nyaris tak mungkin jadi presiden karena keadaan tersebut.

Yang keriting, cokelat atau yang mungkin dari ujung mana, sipit, putih jarang banget akan ada dihitung sebagai calon presiden, mau dia kerja kaya orang gila pun, selagi mahasiswa atau masyarakat belum saling bahu membahu merubah sistem pemilihan di Indonesia. Jadi kalau mau gimanapun ya mau gimana?" ujar Brigitta.

BACA JUGA:Begini Respons Iwan Fals Saat Tahu Anies Baswedan Siap Maju Capres 2024

BACA JUGA:JK Ditanya Capres 2024: Tentu Salah Satu Calon di Sini, Pak Airlangga Kan

"Tetap saja nanti yang akan jadi presiden yang Islam dan Jawa, karena itu ya memang begitu keadaannya terus mau apalagi?" tambahnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: