JAKARTA, FIN.CO.ID - Kesabaran Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Amerika Serikat (AS) dan NATO tampaknya sudah habis.
Rusia mengancam akan menggelar perang nuklir jika AS dan NATO masih ngotot tidak mau mundur dari konflik di Ukraina.
(BACA JUGA: Bicara di KTT, Presiden Jokowi Berseru Hentikan Perang Rusia-Ukraina)
"Meningkatnya dukungan militer Amerika Serikat dan sekutunya kepada Ukraina berisiko memicu konflik antara Rusia dan aliansi militer NATO," tegas mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang juga sahabat Vladimir Putin dalam sebuah unggahan Telegram, pada Sabtu (14/5/2022).
Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia menegaskan perseteruan dengan NATO akan berpotensi terhadap risiko perang nuklir.
"Negara-negara NATO memasok senjata ke Ukraina. Melatih pasukannya untuk menggunakan peralatan Barat, mengirim tentara bayaran, dan latihan negara-negara aliansi di dekat perbatasan. Ini memungkinkan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia," imbuh Medvedev.
Menurutnya, Rusia mengultimatum AS dan NATO untuk segera pergi meninggalkan wilayah perbatasan Ukraina.
(BACA JUGA: Pasukan Rusia Hancurkan Benteng Pertahanan Ukraina, 600 Tentara Tewas, Puluhan Persenjataan Hancur)
"Konflik seperti itu selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir penuh. Ini akan menjadi skenario bencana bagi semua orang," urainya.
Diketahui, Rusia dan Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Rusia punya sekitar 6.257 hulu ledak nuklir. Sementara tiga kekuatan nuklir NATO - Amerika Serikat, Inggris dan Prancis - memiliki sekitar 6.065 hulu ledak gabungan.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan yang disebut "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan. Sebab, AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow.
(BACA JUGA: Lagi, Uni Eropa Blokir 3 TV Rusia: Mereka Suarakan Kebohongan dan Propaganda Vladimir Putin)
Ancaman Rusia itu ditanggapi oleh Menhan AS Lloyd Austin. Dia menyebut Rusia tidak akan berani berperang melawan aliansi pertahanan NATO.
"Jika Rusia memutuskan untuk menyerang negara mana pun yang merupakan anggota NATO, maka itu mengubah permainan. Tetapi jika melihat kalkulasi Putin, pandangan saya Rusia tidak ingin mengambil langkah terhadap aliansi NATO," ujar Austin.
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq