Lifestyle

Tanggal 16 November Diperingati Hari Angklung Sedunia, Begini Sejarahnya

FIN.CO.ID - 2022-11-16 06:25:44

Tanggal 16 November Diperingati Hari Angklung Sedunia, Begini Sejarahnya

Anak anak Indonesia bermain Angklung. ( Pixabay/mufidpwt)

JAKARTA, FIN.CO.ID - Setiap tanggal 16 November diperingati sebagai hari Angklung sedunia. Angklung adalah alat musik khas Indonesia yang banyak dijumpai di daerah Jawa Barat. 

Pada tanggal 16 November 2010, Angklung resmi terdaftar sebagai maha karya dan warisan dunia oleh UNESCO

Alat musik tradisional ini terbuat dari tabung-tabung bambu. Sedangkan suara atau nada alat ini dihasilkan dari efek benturan tabung-tabung bambu tersebut dengan cara digoyangkan. 

BACA JUGA:Viral Oknum Satpol PP Peras Pengamen Angklung di Lampung, Pelaku Auto Kena Tindakan Tegas

BACA JUGA:Dosen UEU Gelar Pendampingan Pelatihan Angklung Menggunakan Metode Hand Sign Kodaly di Cigombong, Bogor

Angklung berasal dari bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu gerakan pemain angklung dan membentuk suara klung yang dihasilkannya. 

Secara etimologis angklung berasal dari kata 'angka' yang berarti nada dan 'lung' yang berarti pecah. Jadi, angklung merujuk pada nada yang pecah atau tidak lengkap.

Bentuk angklung terdiri dari dua atau lebih batang bambu dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya nada yang dibentuk menyerupai alat musik calung. 

Dilansir Disdik Purwakarta, Menurut Dr. Groneman, Angklung telah ada di Nusantara, bahkan sebelum era Hindu. Menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java, selain di Jawa Barat, Angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatra Selatan dan Kalimantan. 

Di luar itu, masyarakat Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mengenal alat musik tersebut.

Di lingkungan Kerajaan Sunda pada abad ke 12 dan abad ke 16, Angklung dimainkan sebagai bentuk pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Sri (dewi padi/dewi kesuburan).

BACA JUGA:Asal-usul Kebaya, Ikon Pakaian Perempuan Indonesia Kini Goes to UNESCO

BACA JUGA:Sertifikat dari UNESCO Dipegang, Gamelan Resmi Jadi Warisan Budaya Milik Indonesia

Selain itu, konon Angklung juga merupakan alat musik yang dimainkan sebagai pemacu semangat dalam peperangan, sebagaimana yang diceritakan dalam Kidung Sunda.

Dua tokoh yang berperan dalam perkembangan Angklung di Jawa Barat adalah Daeng Soetigna sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis dan Udjo Ngalagena yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog dan salendro.

Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, menciptakan angklung dengan tangga nada diatonis.

Angklung inovasi Daeng Sutigna tersebut berbeda dengan angklung pada umumnya yang berdasarkan tangga nada tradisional pelog atau salendro.

Inovasi inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk orkestra. 

Sejak saat itu, Angklung semakin populer, hingga akhirnya PBB, melalui UNESCO, pada November 2010, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus dilestarikan.

Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena, meneruskan usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan jalan mendirikan “Saung Angklung” di daerah Bandung. 

Hingga hari ini, tempat yang kemudian dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo” tersebut masih menjadi pusat kreativitas yang berkenaan dengan Angklung.

 

Admin
Penulis