Fenomena, Milenial Juga Gandrung Konsumsi hingga Meracik Jamu, Seperti Apa?

Fenomena, Milenial Juga Gandrung Konsumsi hingga Meracik Jamu, Seperti Apa?

Generasi ikuti pelatihan meracik minuman dengan menggunakan bahan tradisonal. (ist)--

Selain praktis, jamu model begini memang lebih disukai karena tidak meninggalkan rasa pahit ketika diminum.

Jamu berbentuk cair perlu dicermati kehalalannya, karena proses ekstraksinya selain menggunakan air juga terkadang menggunakan alkohol. 

Pada jamu instan serbuk, alkohol biasanya telah diuapkan hingga kering. 

Namun pada jamu yang berbentuk cair biasanya residu alkoholnya masih cukup tinggi. 

BACA JUGA:Pengembalian 25 Persen TKD ASN Makin 'Gelap', DPRD Tuding Anies saat Jabat Gubernur Prioritaskan Formula E

Selain itu, perlu dipastikan bahwa alkohol yang digunakan bukan berasal dari khamr.

Hal ini sesuai dengan Fatwa MUI No. 10 Tahun 2018 tentang produk Makanan dan Minuman yang Mengandung Alkohol/Etanol yang menyebutkan bahwa minuman beralkohol yang masuk kategori khamr adalah minuman yang mengandung alkohol/etanol (C2H5OH) minimal 0,5%.

Minuman beralkohol yang masuk kategori khamr adalah najis dan hukumnya haram, sedikit ataupun banyak.

Jamu tradisional dari China juga wajib dicermati, karena biasanya menggunakan berbagai bahan tambahan hewani seperti tangkur buaya, kuku macan, hati beruang, hingga darah ular. 

BACA JUGA:Rektor UMJ Ma'Mun Murod Setuju Kampanye di Kampus: Apa yang Salah?

Bahan tambahan tersebut jelas haram dikonsumsi.

Sementara untuk jamu yang dikemas dalam cangkang kapsul, titik kritis halalnya terletak pada cangkang kapsulnya yang terbuat gelatin. 

Sebagian besar bahan gelatin berasal dari hewan, seperti ikan, sapi, dan babi.

Mengingat begitu banyak titik kritis yang harus dicermati, Muti mengingatkan agar konsumen jamu senantiasa teliti dan jeli dalam memilih produk jamu. 

BACA JUGA:Benjolan di Ketiak, Penyebabnya Mulai dari Infeksi hingga Kanker

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Darul Fatah

Tentang Penulis

Sumber: