Epidemiolog Minta Nama Vaksin Nusantara Diganti: Kita Bukan Pionir

Epidemiolog Minta Nama Vaksin Nusantara Diganti: Kita Bukan Pionir

Vaksin balita, Image oleh Katja Fuhlert dari Pixabay--

(BACA JUGA:Peneliti UGM Ajukan Pengunduran Diri dari Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara)

"Saya sudah membaca paper-nya dan itu bukan literatur review dengan mereview beberapa riset yang sudah dilakukan," katanya.

Namun, Dicky melihat publikasi vaksin berbasis sel dendritik Vaksin Nusantara dalam jurnal internasional sebagai langkah yang bagus. Tapi yang menjadi tantangan ke depan adalah mahalnya biaya pengembangan, seperti tuntutan SDM serta aspek lainnya.

"Kalau bicara strategi kesehatan masyarakat, jadi sulit. Karena harus mudah, murah dan cepat juga, selain efektif," katanya.

(BACA JUGA:Vaksin Nusantara Diberhentikan Sementara, BPOM dan Kemenkes Harus Mendukung)

Dicky mengatakan vaksin berbasis sel dendritik merupakan inovasi yang layak untuk terus dikembangkan.

"Sebagaimana dari sejak awal saya sampaikan, potensinya memang ada, karena review  sebelumnya itu juga mengatakan itu," katanya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizky Agustian

Tentang Penulis

Sumber: