Polisi Paksa Rektor Buat Video Apresiasi Kinerja Jokowi, Begini Penjelasan Polda Jatengl

Polisi Paksa Rektor Buat Video Apresiasi Kinerja Jokowi, Begini Penjelasan Polda Jatengl

Kapolda Jawa Tengah Irjen. Pol. Drs. Ahmad Luthfi--

Kemudian pada pukul 11.00 WIB, Ferdinan mengaku masih dihubungi oleh orang tersebut. Orang itu memohon agar dirinya mau membuat pernyataan baik video atau tertulis.

"Lalu tawaran terakhir adalah tidak video tapi pernyataan lalu diberi contoh juga dari salah satu rektor di Semarang. Ya saya katakan tidak karena kami memilih sikap itu," tambahnya.

Ferdinandus mengatakan, video yang dimaksud adalah membuat pernyataan aprsiasia kinerja Jokowi selama 9 tahun terakhir, kemudian terkait pemilu 2024 untuk mencari penerus Jokowi. 

"Kalau kontennya sih sudah disampaikan dan itu hampir sama mungkin teman-teman pernah lihat. Jadi nomor satu kan mengapresiasi prestasi Pak Jokowi selama sembilan tahun terakhir, yang kedua bahwa Pemilu 2024 itu kan intinya mencari penerus Pak Jokowi intinya itu hal yang sama seperti juga muncul di video-video tentang rektor itu," jelas dia.

Pengakuan Mahfud MD

Sebelumnya, calon Wakil Presiden nomor urut 3 Mahfud MD mengatakan bahwa ada sejumlah rektor di Universitas ternama mendapat intimidasi.

Intimidasi itu menyusul setelah ramai gerakan petisi dari berbagai civitas akademika terhadap sikap cawe-cawe Presiden Jokowo dalam Pilpres 2024.

Mahfud MD bilang, para rektor dipaksa untuk membuat pernyataan yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi itu orang baik. 

"Ini laporan kepada saya dari beberapa rektor. Disuruh membuat pernyataan menyatakan bahwa Pak Jokowi itu orangnya negarawan, baik. Yang kedua, Pak Jokowi berhasil mengatasi krisis. Ketiga, pemilu berjalan baik, dan sebagainya," ujar Mahfud dalam acara Tabrak, Prof!, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin 5 Februari 2024.

Mahfud menjelaskan ada beberapa rektor yang diminta membuat sikap seperti itu. Kemudian, kata dia, para rektor tersebut ada yang membuat pernyataan dengan format yang sama, dan ada juga yang menolak.

"Lalu ada yang tidak mau begitu, seperti Rektor Universitas Soegijapranata, Unika, di Semarang itu memberi tahu kepada kami. 'Kami disuruh membuat seperti ini. Ini teman kami sudah membuat pernyataan seperti ini, ada pernyataan rektor yang sama isinya, kayak template, tetapi ada yang samar-samar,' dan sebagainya," ujar Mahfud. 

Menurut Mahfud, tindakan untuk mengajak sejumlah rektor menyatakan sikap seperti itu adalah perbuatan yang kurang sehat.

"Menurut saya itu kurang sehat membuat tandingan-tandingan itu. Memecah belah masyarakat dan memecah belah kampus juga," katanya lagi. (*) 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: