Pemanasan Global Picu Munculnya Wabah? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Universitas Esa Unggul

Pemanasan Global Picu Munculnya Wabah? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Universitas Esa Unggul

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed.--(dok.UEU)

Prof. Maksum menjelaskan bahwa penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia akibat perubahan iklim adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Penyakit ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizinya kurang baik dan kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ada beberapa jenis penyakit infeksi yang mungkin timbul kembali akibat perubahan iklim, antara lain kolera, antraks, virus zika, ebola, flu burung, cacar monyet, demam berdarah dengue, dan virus corona serta beberapa virus yang belum dikenal.

“Para peneliti penyakit menular sepakat bahwa wabah kolera berada dalam peringkat teratas di daftar penyakit yang harus diwaspadai karena perubahan iklim. Kolera mudah mewabah pada suhu hangat. Jadi semakin panas bumi, semakin berbahaya. Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini menular lewat makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penderita umumnya mengalami diare dan dehidrasi parah yang dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat," katanya.

“Selain itu”, inbuh Prof Maksum, virus Zika yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti pada suhu yang terus meningkat akibat pemanasan global khususnya di daerah tropis, nyamuk ini akan lebih luas jangkauan penyebarannya. Demikian juga dengan penyebaran virus West Nile yang dibawa oleh nyamuk Culex dan beberapa jenis virus lainnya yang dibawa oleh nyamuk sebagai vektornya."

Menurut Prof. Maksum munculnya kembali virus-virus yang dulu pernah menjadi wabah akibat perubahan iklim, antara lain virus ebola, virus flu burung, virus chikunguya, virus nipah yang dibawa kelelawar pemakan buah, virus Hendra yaitu virus yang menyerang kuda dan dapat menular pada manusia, merupakan jenis virus yang penlu diwaspadai.

“Virus monkeypox atau cacar monyet yang saat ini sedang melanda kembali di beberapa negara di dunia, juga diduga akibat adanya pemanasan global. Istilah cacar monyet diberikan ketika virus pertama kali diidentifikasi pada primata (monyet) yang dipelihara untuk tujuan penelitian di Denmark pada tahun 1958. Pada tahun 1970, kasus pertama cacar monyet pada manusia ditemukan menginfeksi seorang anak berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo, di tengah gencarnya upaya kampanye untuk memberantas penyakit cacar," ungkapnya.

Prof. Maksum menjelaskan bahwa, “kini cacar monyet tengah merebak kembali di beberapa negara termasuk di Indonesia. Ditengarai penyebaran wabah cacar monyet saat ini erat kaitannya dengan perubahan iklim," paparnya.

“Saat ini, hingga 26 Agustus 2022 yang lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mencatat 47.652 kasus cacar monyet yang teridentifikasi di 98 negara. Bahkan kasus cacar monyet saat ini lebih banyak berkembang di negara-negara non-endemik," tambahnya.

Flu Tomat

Selain itu, Prof. Maksum menambahkan bahwa perlu terus diwaspadai munculnya kembali virus virus lainnya yang terbangun dari tidurnya akibat pemanasan global.

“Munculnya wabah baru yang disebabkan oleh adanya mutasi virus akibat pemanasan global yang mnyebabkan peningkatan penyebaran virus antar spesies, baik di daerah endemik maupun non-endemik perlu terus diwaspadai.  Munculnya wabah virus flu Tomat, yang menimpa anak di bawah usia 5 tahun di negara bagian Kerala dan Odisha India sejak 6 Mei 2022, kini telah menyebar beberapa kota lainnya. Gejala umum flu tomat ini adalah munculnya lepuhan merah yang menyakitkan di seluruh tubuh dan secara bertahap terus membesar hingga seukuran tomat. Anak-anak yang terkena demam tomat mengalami serangkaian gejala seperti flu, demam, dan nyeri seluruh badan. Para peneliti menyebutkan flu tomat ini sangat menular, namun hingga saat ini belum diketahui dari mana flu tomat berasal.  Oleh sebab itu, sangat mendesak adanya protokol uji laboratorium standar untuk mengonfirmasi spesies virus penyebab flu tomat ini," jelas Prof. Maksum.

Pola penyebaran penyakit manular

Menjawab pertanyaan tentang bagaimana pola penyebaran mikroba patogen secara global, mengutip laman https://www.nature.com/articles/s41586-022-04788-w tanggal 28 April 2022 yang lalu, Prof. Maksum menjelaskan bahwa para peneliti memprediksi ada sekitar 10.000 galur virus beredar diam-diam beredar di antara mamalia liar dimana virus-virus ini kemungkinan besar dapat berpindah ke manusia.

“Sebagian besar pertemuan lintas spesies hewan dan transmisi virus antar vektor hewan virus tersebut berada di hutan tropis. Namun, perubahan iklim dan penggunaan lahan yang berlebihan akan membuka peluang untuk terjadinya transmisi virus di antara spesies satwa liar yang sebelumnya terisolasi secara geografis. Pemanasan global akan mendorong hewan-hewan tersebut menuju daerah yang lebih dingin di mana pertemuan pertama mereka dengan spesies lain kemungkinan besar dapat meningkatkan risiko munculnya varian virus baru yang dapat menginfeksi manusia," jelasnya.

Prof. Maksum menyebutkan, berdasarkan model filogeografi dari virus mamalia, para peneliti memprediksi bahwa proyeksi pergeseran geografis dan penyebaran besar-besaran dari sekitar 3.139 spesies mamalia, dan ribuan jenis virus baru yang menyebar di antara hewan tersebut akan terjadi pada sekitar tahun 2070 mendatang. Para peneliti juga menyebutkankan bahwa kontak pertama terjadinya penyebaran berbagai jenis virus zoonosis ini akan terjadi di berbagai negara di dunia, terutama terjadi di negara tropis yaitu Afrika dan Asia Tenggara.

“Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pemanasan global juga akan menyebabkan kontak pertama terjadi di daerah yang lebih padat penduduknya, di mana orang cenderung rentan, dan beberapa virus akan dapat menyebar secara global dari lingkungan yang padat penduduknya ini. Kemungkinan hot spot nya adalah Sahel, dataran tinggi Ethiopia dan Lembah Rift, India, China timur, Indonesia, Filipina dan beberapa negara Eropa. Hasil studi juga menyebutkan bahwa pandemi wabah Covid-19 diperantarai oleh kelelawar. Sebagai satu-satunya mamalia yang bisa terbang, kelelawar dapat menempuh jarak yang jauh dan bertanggung jawab atas sebagian besar potensi penyebaran virus lintas mamalia lainnya," ungkapnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: