Fadli Zon Curigai Oknum Pemerintah Dalangi Terorisme, Ternyata Inspirasinya dari Buku Ini

Fadli Zon Curigai Oknum Pemerintah Dalangi Terorisme, Ternyata Inspirasinya dari Buku Ini

Fadli Zon sedang membaca buku The Terror Factory: Inside The FBI’s Manufactured War on Terrorism -@fadlizon-Twitter

(BACA JUGA:Fadli Zon Kritik Cara Aparat Tangkap Warga Wadas: Keangkuhan Kekuasaan Dipertontonkan!)

"Saya kira pada founding father's kita sudah mendebatkan dan mendiskusikan ini sebelum tahun 45. Soal negara Islam, negara kebangsaan itu sudah selesai menurut saya. Apalagi perdebatannya itu melibatkan semua tokoh dari berbagai organisasi Islam yang terkemuka ketika itu. Baik dari NU, Muhammadiyah, syarikat Islam dan lain-lain. Yang akhirnya sampai pada satu kompromi pada rapat besar BPUPK ketika itu. Seingat saya tanggal 14 Juli 1945 disepakati. Bahkan  tujuh kata itu tidak ada di dalam sila pertama yang kemudian menjadi Pancasila. Itu kan ada di preambule UUD 1945. Jadi sudah selesai. Menurut saya pilihan terhadap bentuk negara dalam arti negara kebangsaan itu sudah selesai. Jadi kalau ada orang mau bermimpi mendirikan negara khilafah dalam diskusi-diskusi semacam itu, lebih banyak euthopia sebenarnya,"papar Fadli yang juga politisi Partai Gerindra ini.

"Artinya orang tidak perlu takut dengan khilafah? lanjut Andy Noya meneruskan pertanyaannya. Fadli menjawab lagi "Iya, kalau orang hanya mendiskusikan negara khilafah itu kan bagian dari demokrasi. Kecuali sudah ada pergerakan senjata, kekerasan dan lain sebagainya," imbuh anggota Komisi I DPR RI tersebut.

"Tapi kita lihat ceramah-ceramah di masjid, ada orang menginfiltrasi pemikiran orang lain tentang pentingnya negara khilafah? cecar Andy Noya.

(BACA JUGA:Luhut Tolak Permintaan Anies Tutup PTM, Fadli Zon: Gunakan Akal Sehat Pak LBP! )

"Saya kira masyarakat Indonesia sudah paham. Termasuk umat Islam di Indonesia. Mayoritas boleh dibilang 99 persen yang muslim tidak berada dalam pemikiran semacam itu. Saya tidak melihat adanya ancaman terorisme. Karena itu harus diletakkan ke dalam konteks ketika itu war on terror. Setelah tragedi 9/11, tidak lama terjadi bom Bali dan sebagainya. Kita tidak pernah mendengar ada orang Indonesia melakukan bom bunuh diri. Sejak Indonesia merdeka itu hampir nggak ada yang namanya bom bunuh diri. Melawan kolonialisme Belanda saja nggak ada yang pakai serangan bunuh diri. Kita itu mungkin nggak seberani itu ya. Karena memang dilarang oleh agama. Pasti itu bukan Islam. Menurut saya ini ada kekuatan-kekuatan lain yang menginfiltrasi supaya seolah-olah ada teroris dan sebagainya. Tetapi mungkin teroris ada. Sebagian kecil orang yang terpengaruh, yang tidak mengerti, yang tidak paham didoktrinasi. Makanya kemudian ada payung hukum UU No 5 Tahun 2018," urai Fadli panjang lebar.

Terkait usulan pembubaran Densus 88, Fadli menjelaskan alasannya. Dia menilai  terlalu banyak lembaga yang menangani terorisme di Indonesia. 

"Seolah-olah masalah kita ini terorisme. Masalah kita ini ekonomi, sosial, budaya. Misalnya ada BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), ada Densus 88, ada kepolisian sendiri. Ada di tentara di Kopassus dan sebagainya. Banyak sekali,"terangnya.

(BACA JUGA:Fadli Zon Usulkan Ibu Kota Baru di Kalimantan Nama Jokowi)

Selain itu, Fadli juga menyoroti  soal anggaran Densus 88 Polri. Dia menyebut pasukan khusus teroris itu diberi anggaran paling besar.

"Yang anggarannya paling besar dan apalagi sekarang mau diperbesar itu Densus 88. Padahal menurut saya sudah ada BNPT. Secara kelembagaan yang dipayungi UU itu adalah BNPT. Harusnya di sini saja dikonsentrasikan," tambahnya.

"Artinya jika harus ada pasukan khusus teroris langsung saja di bawah BNPT?" tanya Andy Noya lagi. Fadli Zon mengiyakan pertanyaan itu. "Iya bisa di bawah naungan BNPT," tukasnya. 

(BACA JUGA:Fadli Zon Semprot Zein Kribo: Jangan Pertontonkan Kebodohanmu! )

Sehingga, lanjut Fadli, tidak perlu terlalu banyak lembaga yang overlap dan berlomba-lomba menangani terorisme.

"Kita khawatir karena di Amerika Serikat sendiri muncul ekses. Dalam bukunya Trevor Aaronson berjudul The Terror Factory ditelitilah di situ. Dari 581 aksi teror, hampir semuanya didalangi oleh FBI sendiri. Itu dibuat atau dimanufacture," kata Fadli meyakinkan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizal Husen

Tentang Penulis

Sumber: