Fadli Zon Curigai Oknum Pemerintah Dalangi Terorisme, Ternyata Inspirasinya dari Buku Ini

Fadli Zon Curigai Oknum Pemerintah Dalangi Terorisme, Ternyata Inspirasinya dari Buku Ini

Fadli Zon sedang membaca buku The Terror Factory: Inside The FBI’s Manufactured War on Terrorism -@fadlizon-Twitter

FBI melakukan penangkapan terhadap banyak orang secara tertutup. Tak hanya itu. Dalam tulisan di bukunya, Trevor Aaronson juga menemukan begitu banyak operasi penyusupan (Sting Operation). Termasuk menggarap orang gila dan frustrasi.

(BACA JUGA:Fadli Zon Butuh Pemimpin Seperti Putin, Reaksi Denny Siregar: Entar Digebukin, Terus Teriak Pemimpin Zolim!)

Usai 9/11, FBI lanjut Aaronson dalam bukunya merekrut tidak kurang dari 15.000 agen.

Para agen itu bertugas mencari orang yang bisa dipakai dalam aksi teror. Itu yang membuat FBI selalu tahu sebelum peristiwa teror terjadi. Mereka dibayar 100 ribu Dolar AS  untuk setiap kasus.

Dari temuan Aaronson yang direkrut untuk menjadi aktor plot itu kebanyakan muslim Amerika. Tetapi dipilih orang yang sakit jiwa atau punya masalah karena himpitan ekonomi. 

(BACA JUGA:BPJS Jadi Syarat Bikin SIM Hingga Jual Beli Tanah, Fadli Zon Bilang Sangat Gegabah)

Aaronson mengungkap gambar 2 orang yaitu Abu Khalid Abdullatiff dan Walid Mujahid. Keduanya ternyata gila alias sakit jiwa. Mereka pernah hampir bunuh diri karena depresi.

Mereka ditangkap pada 2012 dengan tuduhan akan menyerang pusat pelatihan FBI di kawasan Seattle. Kedua orang gila tersebut direkrut oleh Agen FBI Robert Chile. Belakangan diketahui ternyata dia adalah pelaku perkosaan dan pedofil. 

Namun, dalam kasus ini Robert Chile mendapat bayaran 90.000 Dolar AS dari FBI. Ini salah satu cara kerja 15.000 agen FBI yang direkrut sejak 9/11 ketika proposal “War on Terror” disahkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

(BACA JUGA:Fadli Zon Meradang, Yaqut Bandingkan Suara dari Masjid dengan Gonggongan Anjing: Astagfirullah)

Ada banyak lagi kasus yang diungkap. Seperti menggambarkan rekrutmen kepada orang gila, training memakai senjata dan meledakkan bom di sejumlah tempat, sampai negosiasi harga operasi.

Dalam bukunya Aaronson menyebut ini semua bohong dan rekayasa. Sebagian fakta terungkap di pengadilan. Dalam rantai kerja yang mahal dan menghabiskan APBN tersebut, Aaronson mengungkap skenario yang disepakati antara FBI, Agen dan pelaku.

Mereka menyepakati apa akhir dari sebuah peristiwa. Ada yang seperti Hollywood Ending. Yaitu ada drama yang menegangkan dan berakhir bahagia.

(BACA JUGA:Bukan Toa Masjid, Fadli Zon Minta Menag Yaqut Cholil Fokus Urus Masalah Haji dan Umrah)

Atas nama masyarakat, jurnalis Amerika ini mengkritik tema #WarOnTerror yang dibuat sejak era pemerintahan Presiden George Walker Bush.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizal Husen

Tentang Penulis

Sumber: