Catat ya! Pakai Baju Warna Ini Kalau Tak Ingin jadi 'Bulan-Bulanan' Nyamuk

Catat ya! Pakai Baju Warna Ini Kalau Tak Ingin jadi 'Bulan-Bulanan' Nyamuk

Ilustrasi nyamuk menggigit tubuh manusia-Photo by icon0.com from Pexels-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Baru-baru ini para ilmuwan mengumumkan hasil eksperimennya bahwa hewan nyamuk, ternyata akan menghindari warna baju atau pakaian tertentu ketika berburu gigitan kepada manusia. 

Dilansir dari Science Alert, Kamis 10 Februari 2022, hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Washington, yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan darah manusia yang lezat, nyamuk mencari warna seperti merah, oranye, hitam dan cyan.

Para ilmuwan melakukan pengujian tentang bagaimana nyamuk bereaksi terhadap berbagai nada setelah terpapar CO2. Tim menempatkan nyamuk Aedes Aegypti betina di kamar-kamar kecil. 

(BACA JUGA:Rasanya Sepahit Putus Cinta, Tanaman Brotowali Ternyata Banyak Manfaatnya Buat Kesehatan)

Spesies itu diketahui menularkan penyakit demam berdarah, demam kuning, dan penyakit lainnya.

Setelah itu, para ilmuwan melihat bagaimana serangga yang dikurung bereaksi terhadap rangsangan seperti titik-titik berwarna tanpa adanya bau. 

Mereka tidak menunjukkan respons tertentu hanya dengan melihat warna.

(BACA JUGA:Hati-Hati! Keseringan Mengucek Mata Ternyata Bisa Bikin Buta)

Peneliti kemudian mengulangi proses tersebut dengan CO2. Segera setelah itu, mereka melihat nyamuk tertarik pada warna merah, oranye, hitam dan cyan. 

Namun jenis respons yang sama tidak terlihat untuk warna seperti hijau, ungu, putih dan biru.

Namun, para peneliti menyatakan bahwa nyamuk tidak benar-benar merasakan warna seperti manusia. Tentu, mereka dapat melihat warna dan bau CO2 seperti manusia, mereka memiliki kesamaan objektif panjang gelombang yang lebih panjang pada spektrum yang terlihat.

(BACA JUGA:Bahaya! Jangan Sekali-Kali Membiarkan Anak Jadi Perokok Pasif)

Namun sayangnya, kulit manusia terlepas dari warna kulitnya diketahui melepaskan panjang gelombang yang mirip dengan warna merah-oranye. 

Jeffrey Riffell, seorang ahli biologi di University of Washington dan penulis senior studi tersebut menjelaskan bagaimana penelitian itu berlangsung.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugr

Tentang Penulis

Sumber: