Heboh Nyamuk Wolbachia Bill Gates, Begini Hasil Penelitian UGM

Heboh Nyamuk Wolbachia Bill Gates, Begini Hasil Penelitian UGM

Dampak nyamuk Wolbachia terhadap manusia -Pixabay Wikilmages-

fin.co.id - Masyarakat dibuat heboh dengan rencana penyebaran nyamuk Wolbachia Bill Gates yang rencananya akan dilepas di Bali.

Diketahui, hasil penelitian Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut jika nyamuk Aedes Aegypti mengandung Wolbachia atau nyamuk Bill Gates ini bukan hasil modifikasi genetik (non-genetic modifying organism/non-GMO).

Pernyataan itu disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi.

"Tidak. Sebab sudah ada penelitian dan kajian risiko," kata Nadia. 

Hal tersebut menjawab atas beredar kabar bahwa Wolbachia berisiko memicu penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena faktor modifikasi genetik.

Dalam berkas laporan Pusat Kedokteran Tropis UGM yang dibagikan Nadia kepada wartawan disebutkan bakteri Wolbachia yang dimasukkan ke dalam tubuh Aedes Aegypti identik dengan Wolbachia yang ada di inang aslinya, yaitu Drosophila Melanogaster atau jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera, umumnya dikenal sebagai lalat buah.

BACA JUGA:4 Fakta Nyamuk Wolbachia: Bukan Buatan Bill Gates Salah Satunya

Selain itu, Office of the Gene Technology Regulator (OTGR) Australia telah menyatakan bahwa nyamuk Aedes Aegypti yang memiliki Wolbachia tidak dipertimbangkan sebagai GMO.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US-CDC) di laman situsnya juga menyatakan bahwa nyamuk dengan Wolbachia bukan merupakan modifikasi genetik.

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Wolbachia sebagai produk pengendalian vektor baru yang masuk dalam kelas pengendalian secara biologi.

Pusat Kedokteran Tropis UGM juga memastikan tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes Aegypti sebelum dan sesudah jentik nyamuk mengandung Wolbachia dilepaskan.

Dalam laporannya, disebutkan aspek keamanan Wolbachia di Indonesia diuji oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) beserta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI pada 2016 dengan membentuk 20 anggota tim independen dari berbagai kepakaran.

"Kesimpulan penilaian risiko pelepasan Wolbachia di Yogyakarta adalah pelepasan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia masuk pada risiko sangat rendah, di mana dalam 30 tahun ke depan peluang peningkatan bahaya dapat diabaikan," demikian petikan dalam laporan tersebut.

BACA JUGA:Ini Daftar Negara yang Gunakan Nyamuk Wolbachia Demi Turunkan Kasus DBD

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: