Pejuang Surabaya Lawan Tentara Sekutu pada 10 November 1945

Pejuang Surabaya Lawan Tentara Sekutu pada 10 November 1945

--

Resolusi Jihad, yang ditanda-tangani Kyai Hasjim Asjhari pada 22 Oktober 1945, berhasil menggerakkan ribuan pemuda bersenjatakan bambu runcing yang sudah diberi doa, antara lain oleh Kyai Manshur dari Kali Pucung, untuk masuk ke Surabaya guna menghadapi sekutu.

Konon, bambu runcing yang telah diberi doa ini, apabila ditancapkan ke tanah akan membuat sang pejuang tidak bisa dilihat oleh tentara sekutu.

Satuan-satuan Indonesia dari Tentara Keamanan (TKR) dipimpin Mohamad Mangoendiprodjo, TKR-Laut, Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin Soemarsono, Pasukan Berani Mati (PBM), Polisi Istimewa dipimpin M.Jasin, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) dipimpin BungTomo, Badan Keamanan Rakyat (BKR), BKR-Pelajar dipimpin Ismaun, Barisan Buruh Indonesia (BBI) dipimpin Sjamsu Hardja Udaja, Angkatan Pemuda Indonesia (API) dipimpin Achmad Mustofa,  Pemuda Republik Indonesia Sulawesi (PRISAI), Pasukan Sekolah Teknik Surabaya (STS) dipimpin Soenarto, Pemuda–Putri Republik Indonesia (PPRI) dipimpin Lukitaningsih, Layskar Hisbullah dipimpin H.Abdanafik dan satuan-satuan pemuda pejuang lainnya siap siaga.

Pihak Sekutu, secara diam diam, juga mendatangkan pasukannya ke Surabaya, termasuk divisi ke-5 sekutu, berkekuatan 24,000 tentara, sisa tambahan Brigade-49/Divisi ke-23, serta 1500 marinir Inggris, kesemuanya dibawah komando Mayjen RC Mansergh.

Angkatan Laut Inggris menambah kekuatan dengan satu kapal penjelajah (cruiser) dan tiga kapal perusak (destroyer), dibawah Laksamana Sir WR Patterson.

Sedang Letjen Sir Phillips Cristison membawahkan skadron pesawat tempur P-47 Thunderbolt, skadron pesawat tempur DH-98 Mosquito, satu Eskadron Tank Sherman, satu Eskadron Tank Stuart, meriam-meriam artileri 25 pound dan meriam-meriam Howitzer.

Jelas, ini adu-kekuatan yang tidak berimbang karena para pejuang Surabaya hanya bersenjatakan senapan Arisaka ex Jepang, senapan Lee Enfield ex Belanda, senapan mesin water-cooled M1917, senapan mesin Bren Gun, juga beberapa pucuk mortir, panser Marmon Harrington hasil sitaan, beberapa tank bren carrier dan beberapa ranjau tank.

Resimen TKR Gajah Mada mengerahkan batalyon artileri dengan kekuatan 28 pucuk meriam penangkis serangan udara, diposisikan di Karang Pilang, Gresik, serta di sebelah selatan Sungai Brantas. Tambahan 6 pucuk meriam dioperasikan oleh para Taruna Akademi Militer Yogya yang khusus didatangkan dari Kampus mereka di Kota Baru, Yogyakarta, mengambil posisi di Gunung Sahari.

Tepat pukul 06.00, 10 November 1945, sekutu mulai membombardir Surabaya lewat meriam kapal-kapal perang mereka dari Armada 5th Cruiser Squadron.

Ribuan warga sipil tewas seketika, terutama di wilayah Pasar Turi. Pesawat-Pesawat P-47 Thunderbolt dan DH-98 Mosquito melancarkan serangan udara kearah posisi pasukan-pasukan pejuang.

Komandan Pertahanan Kota Surabaya, Soengkono, membagi wilayah pertahanan Surabaya menjadi tiga sektor, yaitu  sektor Barat dipimpin Koenkijat, Sektor tengah dipimpin Kretarto dan Mahardo, sektor Timur dipimpin Kadim Prawirodihardjo.

Kobaran semangat pertempuran dikumandangkan oleh Bung Tomo lewat Radio Pemberontak. Pertempuran hebat terjadi di wilayah jembatan Viaduct, disekitar Masjid Kemayoran, disekitar wilayah Lindeteves, Jalan Simpang depan Rumah Gubernur Jawa Timur, di wilayah Jalan Peneleh dan di wilayah Alun-Alun Contong. 

Pasukan Sekutu  terkejut atas perlawanan luar biasa para pejuang Surabaya. Tadinya mereka mentargetkan  dapat menguasai Surabaya dalam tempo tiga hari saja, namun ternyata pertempuran besar-besaran baru berakhir pada 28 November 1945 di wilayah Gunung Sahari, sedang pertempuran pertempuran kecil terus berlanjut hingga bulan Desember 1945.

Dalam pertempuran tiga minggu ini, pihak Sekutu kehilangan sekitar 600–2.000 tentaranya termasuk seorang Jenderal, yaitu Brigjen Robert Guy Loder Symonds yang pesawatnya jatuh ditembak meriam anti serangan udara TKR.

Korban jiwa pejuang sekitar 6.000–16.000, korban jiwa rakyat sipil Surabaya sekitar 20.000 dan 150.000 warga harus mengungsi keluar kota.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: prof. dr. ir. indroyono soesilo msc