Kasus Monkeypox Pertama Terdeteksi di Indonesia, Ini Penjelasan dari Ahli Mikrobiologi Esa Unggul

Kasus Monkeypox Pertama Terdeteksi di Indonesia, Ini Penjelasan dari Ahli Mikrobiologi Esa Unggul

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed.--

Prof Maksum menambahkan bahwa anak-anak yang terinfeksi cacar monyet kemungkinan dapat mengalami komplikasi dan memiliki risiko tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Selain itu individu dengan gangguan kekebalan (terutama mereka yang HIV-positif) memiliki risiko mengalami penyakit yang lebih parah. Selama wabah Nigeria 2017-2018 yang lalu, empat dari tujuh orang yang meninggal karena penyakit cacar monyet adalah HIV-positif, ujarnya.

Apakah kasus cacar monyet sudah terdeteksi di Indonesia?

Menurut Prof. Maksum kasus cacar monyet pertama di Indonesia telah dilaporkan. “Melansir laman Kemenkes RI disebutkan bahwa hingga tanggal 20 Agustus 2022, telah dilaporkan kasus pertama cacar monyet di Indonesia. Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Mohammad Syahril dari 23 kasus yang dilaporkan, diantaranya 22 kasus telah dinyatakan bukan sebagai cacar monyet, hanya satu yang positif terkonfirmasi melalui tes PCR. Kasus cacar monyet yang pertama di Indonesia berasal dari DKI Jakarta, seorang laki-laki berumur 27 tahun.

Oleh sebab itu pemerintah dan masyarakat perlu berkomitmen untuk melakukan tindakan preventif dan waspada terhadap meluasnya penyebaran penyakit cacar moyet ini di Indonesia”, ungkapnya.

Bagaimana agar terhindar dari cacar monyet?

Prof. Maksum menerangkan bahwa berdasarkan berbagai hasil studi yang dilakukan selama ini, infeksi alami virus cacar (smallpox), memberikan perlindungan silang terhadap infeksi virus cacar monyet. Pada 1980-an, terbukti bahwa vaksin cacar juga dapat memberikan perlindungan silang terhadap virus cacar monyet sekitar 85%.

“Guna mengendalikan wabah cacar monyet ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui dua jenis vaksin cacar yang dapat memberikan perlindungan terhadap cacar monyet. Demikian pula Badan Kesehatan Eropa (The European Medicines Agency's (EMA) juga telah menyetujui penggunaan vaksin cacar untuk pencegahan wabah cacar monyet yang saat ini sedang merebak di Eropa”, jelasnya.

Menurut Prof. Maksum, salah satu vaksin cacar yang telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di Amerika untuk mencegah penyebaran cacar monyet adalah vaksin Imvanex atau vaksin JYNNEOS. Vaksin ini diberikan secara intradermal untuk individu berusia 18 tahun ke atas yang berisiko tinggi terinfeksi monkeypox.  EUA juga mengizinkan penggunaan vaksin JYNNEOS pada individu yang berusia kurang dari 18 tahun dan diberikan melalui injeksi subkutan. Adapun dosis vaksin JYNNEOS ini terdiri dari dua dosis. Suntikan kedua diberikan dengan selang waktu empat minggu (28 hari). Efektifitas vaksin ini dicapai dalam waktu 14 hari setelah dosis kedua diberikan guna membangun respons kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus.

Prof. Maksum menambahkan bahwa penggunaan vaksin cacar juga sangat membantu dalam pencegahan cacar monyet. Karena virus cacar monyet berkaitan erat dengan virus penyebab cacar, vaksin cacar juga dapat melindungi orang dari cacar monyet. Adapun vaksin kedua yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk pencegahan virus cacar monyet adalah ACAM2000. Vaksin ini semula digunakan  untuk pencegahan virus cacar (smallpox) di Amerika Serikat, yang saat ini juga mendapatjkan izin darurat untuk digunakan sebagai pencegahan infeksi cacar monkeypox, ujarnya.

“Dalam upaya pencegahan infeksi virus cacar monyet ini, vaksinasi saja mungkin tidak cukup sebagai upaya pencegahan, kecuali didukung oleh tindakan lain, termasuk kemampuan untuk mendiagnosis dan mengobati lebih awal, serta upaya pencegahan lainnya. Oleh sebab itu hindari kontak erat, menggunakan masker, menghindari kontak dari kulit-ke-kulit dengan orang yang memiliki ruam yang mirip dengan cacar monyet, tidak menyentuh tempat tidur, pakaian atau bahan lain yang mungkin telah tersentuh oleh orang yang terkena cacar monyet, sering cuci tangan dengan sabun dan air, menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS)”, ujar Prof Maksum, menutup perbincangan tentang virus cacar monyet atau monkeypox ini.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: