Kasus Monkeypox Pertama Terdeteksi di Indonesia, Ini Penjelasan dari Ahli Mikrobiologi Esa Unggul

Kasus Monkeypox Pertama Terdeteksi di Indonesia, Ini Penjelasan dari Ahli Mikrobiologi Esa Unggul

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed.--

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan wabah cacar monyet, yang saat ini sedang mewabah di beberapa negara di dunia, sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional atau public health emergency of international concern (PHEIC).

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed., mangatakan bahwa dia sepakat dengan para ahli kesehatan lainnya bahwa kriteria status keadaan darurat global untuk wabah cacar monyet ini telah memenuhi persyaratan.

Menurut Prof. Maksum, melansir laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, hingga tanggal 12 Agustus 2022 yang lalu, sebanyak  31.799 kasus monkeypox yang dilaporkan oleh 88 negara di dunia. Amerika Serikat tercatat sebagai negara tertinggi kasus cacar monyet yaitu sebanyak 9.491 kasus, ungkapnya.

Prof. Maksum menambahkan bahwa bila melihat data dari CDC Amerika Serikat, negara kedua yang melaporkan kasus cacar monyet adalah Spanyol sebanyak 5.162 kasus, kemudian Jerman dengan 2.982 kasus, Inggris dengan 2.914 kasus, serta Perancis dengan 2.423 kasus. Selain itu, beberapa negara di Asia telah melaporkan kasus cacar monyet, antara lain UEA16 kasus, India 9 kasus, Libanon 6 kasus, Arab Saudi 5 kasus, dan Jepang 3 kasus. Demikian juga beberapa negara di Afrika telah melaporkan ditemukannya kasus cacar monyet yang memang menjadi wilayah endemik dari virus Monkeypox. Sedangkan negara-negara tetangga di sekitar Indonesia juga telah melaporkan kasusnya antara lain Australia 58 kasus, Singapura 15 kasus, Thailand 4 kasus, dan Filipina 1 kasus.

Apa itu cacar monyet?

Prof. Maksum menjelaskan bahwa virus Monkeypox adalah virus zoonosis, artinya virus yang ditularkan dari hewan ke manusia. Beberapa hewan yang dapat membawa atau menjadi reservoir virus cacar monyet antara lain berbagai spesies monyet, binatang pengerat, dan beberapa jenis tupai. Penyakit ini termasuk dalam genus virus Orthopoxvirus, famili Poxviridae, yang juga termasuk dalam keluarga virus cacar (smallpox).

“Istilah cacar monyet diberikan ketika virus pertama kali diidentifikasi pada primata (monyet) yang dipelihara untuk tujuan penelitian di Denmark pada tahun 1958. Pada tahun 1970, kasus pertama cacar monyet pada manusia ditemukan menginfeksi seorang anak berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo, di tengah gencarnya upaya kampanye untuk memberantas penyakit cacar. Sejak saat itu, 11 negara Afrika telah melaporkan adanya kasus cacar monyet”, jelasnya.

Prof. Maksum juga menambahkan bahwa wabah cacar monyet pertama di luar Afrika, terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2003. Para ilmuwan mengaitkan kejadian ini dengan anjing padang rumput yang terinfeksi cacar monyet. Ada dua jenis (strain) virus Monkeypox yang diketahui yaitu strain yang endemik di Nigeria, Liberia, Sierra Leone, dan Pantai Gading adalah yang disebut galur Afrika Barat, yang dapat menyebabkan kematian antara 1 hingga 3 persen.  Strain ini merupakan salah satu yang terdeteksi dalam wabah cacar monyet tahun 2022 ini di Eropa. Strain yang kedua adalah strain “Congo Basin”, yang beredar di Republik Demokratik Kongo (DRC), Republik Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Gabon. Strain ini sekarang beredar di Kamerun, yang diperkirakan masuk dari Nigeria, yang memiliki gejala klinis yang lebih parah, dinmana strain Congo Basin ini menyebabkan tingkat kematian sekitar10 persen, paparnya.

Transmisi Virus cacar monyet

Menurut Prof Maksum transmisi atau cara penularan dari cacar monyet ini, dapat menular dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi virus cacar monyet, termasuk melalui kontak erat, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, ungkapnya.

“Lingkungan di sekitar kita dapat terkontaminasi virus monkeypox, misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. Orang lain yang menyentuh barang-barang tersebut dapat tertular. Penularan juga karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk. Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, karena virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek”.

Menurut Prof. Maksum, virus cacar monyet ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janinnya dan melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, dari orang tua ke bayinya atau anaknya melalui kontak erat, imbuhnya.

Menurut Prof. Maksum, masa inkubasi virus Monkeypox relatif lama, biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 13 hari, dan hingga 21 hari, kemudian menunjukkan gejala onset pertama selama periode dua hari yang dikenal sebagai fase "prodromal".

“Gejala-gejala infeksi virus cacar monyet adalah demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening (yang merupakan tanda yang membedakannya dari penyakit cacar), nyeri otot, dan kelelahan. Pada tahap inilah pasien dianggap menular. Selanjutnya, pasien mengalami ruam, biasanya dimulai pada wajah dan secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh. Ruam ini menyebabkan rasa sakit dan gatal yang hebat akibat peradangan yang terjadi di sekitar lesi kulit. Pada galur Afrika Barat, lesi ini awalnya agak jarang dan tersembunyi, dan karena itu mungkin tidak diperhatikan. Penyakit ini biasanya berlangsung dua sampai empat minggu dan cenderung hilang secara spontan di sebagian besar kasus”, jelasnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: