Spanduk Penolakan Pembangunan RSUD Tigaraksa Bermunculan, Penyebabnya Lahan RSUD di Bawah Sutet

Spanduk Penolakan Pembangunan RSUD Tigaraksa Bermunculan, Penyebabnya Lahan RSUD di Bawah Sutet

Spanduk penolakan pembangunan RSUD Tigaraksa-Rikhi Ferdian-fin.co.id

TANGERANG, FIN.CO.ID - Spanduk penolakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tigaraksa bermunculan.

Spanduk penolakan karena lahan pembangunan RSUD Tigaraksa dianggap tidak layat dan membahayakan kesehatan.

Padahal pemerintah Kabupaten Tangerang telah menyatakan lahan pembangunan RSUD Tigararksa secara feasibility study sudah dinyatakan layak dan aman.

(BACA JUGA:Polemik Lahan RSUD Tigaraksa, Bupati Tangerang: Sudah Dilakukan Studi Kelayakan, Hasilnya Memadai)

Aksi penolakan dari masyarakat terhadap pembangunan RSUD Tigaraksa di lahan seluas 4,9 hektare di Kampung Pabuaran, Tigaraksa, Tangerang, Banten, itu terus bermunculan.

Spanduk bertuliskan "Tolak Pembangunan RSUD Tigaraksa Tipe C" di sejumlah titik di ruas jalan di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten.

Tak hanya spanduk, beberapa poster berisi penolakan serupa juga terpasang di dinas-dinas atau instansi di kawasan pemerintahan Kabupaten Tangerang.

(BACA JUGA:Dugaan Lahan RSUD Tigaraksa Bermasalah, Begini Penjelasan Pemkab Tangerang)

Dari penelusuran FIN.CO.ID, spanduk dan poster tersebut dipasang masyarakat Kabupaten Tangerang dibantu oleh tim advokasi Penolakan Pembangunan RSUD Tigaraksa.

Asmudyanto selaku tim advokasi masyarakat Kabupaten Tangerang yang menolak pembangunan RSUD Tigaraksa mengatakan, alasan penolakan pembangunan rumah sakit tipe C tersebut karena titik lokasi pembangunanya dianggap tidak layak.

Pasalnya, terdapat menara saluran Transmisi Jaringan Tenaga Listrik dengan Tegangan Tinggi Atau Jaringan SUTET/SUTT di lahan pembangunan rumah sakit tersebut.

"Masa iya bangun RSUD yang menghabiskan anggaran puluhan bahkan ratusan miliyar di bawah menara Jaringan Transmisi Listrik Tegangan Tinggi," kata Asmudyanto kepada FIN.CO.ID, Minggu 26 Juni 2022.

Selain itu, di lahan tersebut juga terdapat sungai aktif yang telah ditimbun.

Hal itu, kata dia, tentu akan berdampak buruk pada kegiatan pertanian dan berpotensi terjadinya banjir.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Gatot Wahyu

Tentang Penulis

Sumber: