JAKARTA, FIN.CO.ID -- Pemberitaan menengai meninggalnya Fransiska Ncis, pahlawan kemanusiaan yang pernah mendonorkan ginjalnya untuk orang yang tak ia kenal menjadi buah bibir di sosial media.
Sifat dermawan dan rela membantu tanpa pamrih menjadikan Fransiska Ncis disanjung bak "Malaikat Tanpa Sayap".
BACA JUGA:Kemenkes: Kasus COVIID Capai 6.186 Kasus, Masyarakat Diingatkan Booster
BACA JUGA:Waspada! Diabetes Tidak Selalu Bergejala, Setiap Orang Berisiko Terkena
Bahkan, hingga menjelang akhir hayatnya, perempuan bernama asli Fransiska Adhitya Anggraini itu masih memikirkan orang lain, dengan niat untuk mendonorkan kornea matanya, ketika ia meninggal.
Hal itu seperti wasiat Fransiska Ncis, bahkan ia telah menyatakan komitmennya untuk mendonorkan kornea matanya pada Lions Bank Eye.
Namun, donor organ tubuh seperti ginjal bukan tanpa risiko. Hal yang dilakukan Fransiska Ncis sungguh tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Fransiska Ncis sendiri mendonorkan ginjalnya kepada seorang pria bernama Budi, pada 9 November 2021 lalu. Tepat 1 tahun kemudian yaitu pada Kamis 10 November 2022, Fransiska Ncis meninggal dunia.
BACA JUGA:Penyebab Mata Terasa Mengganjal, Ini Jelas Dokter Nadia
BACA JUGA:Menkes Budi Sadikin Targetkan Penurunan TBC
Donor Ginjal Penuh Risiko
Donor organ tubuh penuh dengan risiko, baik bagi penerima donor, apalagi yang mendonorkan. Berikut fin.co.id ulas risiko-risiko yang terjadi ketika seseorang mendonorkan organ tubuh, seperti ginjal, dikutip dari klikdokter.
Pasien gagal ginjal memerlukan bantuan untuk mengeluarkan sisa-sisa racun dalam darahnya, yakni dengan menggunakan mesin pencuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
Donor ginjal merupakan salah satu solusi untuk membantu mengatasi pasien gagal ginjal. Meski mulia dan dapat menyelamatkan nyawa, tindakan ini bukan tanpa risiko. Mereka yang pernah donor ginjal akan mengalami beberapa perubahan di dalam tubuhnya.