Jembatan Gantung Mbah Buto di Jombang, Buka Isolasi Akses Daerah Penghasil Jagung dan Tebu

Kamis 28-07-2022,08:11 WIB
Reporter : Sigit Nugroho
Editor : Sigit Nugroho

JOMBANG, FIN.CO.ID -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur, Ditjen Bina Marga, telah menyelesaikan pembangunan jembatan gantung Mbah Buto, di kawasan Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Jembatan gantung Mbah Buto membuka akses konektivitas antara Desa Ngrimbi dengan Desa Penggaron di Kecamatan Mojowarno, yang selama ini dikenal sebagai sentra pertanian untuk komoditas jagung dan juga tebu. 

(BACA JUGA: Kementerian PUPR Rehabilitasi Benteng Pendem Van Den Bosch Peninggalan VOC di Ngawi )

Dalam kesempatan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pembangunan jembatan gantung sebagai salah satu infrastruktur kerakyatan akan terjadi perpindahan dan waktu tempuh antar desa, sebelumnya harus memutar jauh karena terpisah oleh kondisi geografis, seperti lereng, jurang, atau apapun.

"Hadirnya jembatan gantung akan mempermudah dan memperpendek akses warga masyarakat pedesaan menuju sekolah, pasar, tempat kerja, mengurus administrasi ke kantor kelurahan atau kecamatan dan akses silaturahmi antar warga," kata Menteri Basuki. 

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.3 Balai BBPJN Jawa Timur, Bali David Rachmat Prabowo menjelaskan bahwa pembangunan Jembatan Gantung Mbah Buto merupakan bagian dari paket pekerjaan pembangunan Jembatan Gantung Kaliregoyo Cs yang dibangun pada 2020-2021. 

Selain Jembatan Gantung Mbah Buto, terdapat dua jembatan gantung lainnya yang juga sudah selesai, yakni Jembatan Gantung Kaliregoyo di Kabupaten Lumajang dan Jembatan Gantung Ngares di Kabupaten Trenggalek.

"Untuk tiga buah jembatan tersebut, anggaran pembangunannya sebesar Rp17 miliar. Untuk Jembatan Mbah Buto mulai kontrak November 2020 dan sudah selesai Juni 2021 dengan nilai kontrak Rp2,8 miliar," ungkap David Rachmat. 

(BACA JUGA: Semester I-2022, Jasa Marga Catat Peningkatan Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata Sebesar 19,03 Persen )

Jembatan Gantung Mbah Buto terbentang di atas Sungai Seloemboeng dengan panjang 60 meter. Konstruksi jembatan gantung berupa rangka baja simetris yang dilengkapi dengan pondasi tiang pancang berdiameter 40 cm dengan mengandalkan sling hanger sebagai perkuatan pada lantainya. 

David Rachmat menambahkan, sesuai dengan peruntukannya Jembatan Mbah Buto untuk warga yang berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Jembatan ini tidak boleh dilewati oleh kendaraan roda 4, kecuali keadaan darurat untuk ambulans.

"Ini merupakan pembangunan jembatan baru atas masyarakat karena sebelumnya harus memutar atau menyeberangi sungai. Jembatan ini diperkirakan memiliki usia konstruksi sekitar 50 tahun dengan pemeliharaannya baik," kata David Rachmat. 

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Penggaron Riko Ret Hendrik mengatakan dengan selesainya pembangunan Jembatan Gantung Mbah Buto dapat membantu aksesibilitas dan mobilitas warga di Desa Penggaron, khususnya untuk warga RT 01 RW 002. 

Kategori :