Perang Rusia - Ukraina Picu Lonjakan Harga Komoditas dan Inflasi Tinggi, Kondisi Indonesia Dipastikan Aman

Perang Rusia - Ukraina Picu Lonjakan Harga Komoditas dan Inflasi Tinggi, Kondisi Indonesia Dipastikan Aman

Menkeu Sri Mulyani Indrawati. -Tangkapan layar Zoom-

Meski harga komoditas melonjak tinggi dan kekhawatiran inflasi tinggi juga meningkat, namun setidaknya Indonesia masih bisa bernafas lega karena ternyata nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terbilang cukup kuat, lebih baik dibandingkan negara lain. 

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan kinerja saham terkuat di dunia, di tengah tekanan pasar keuangan yang semakin besar.

Untuk kinerja saham hingga 25 Maret 2022, indeks saham Indonesia menguat 1,7 persen year on year (yoy). Sedangkan untuk tahun kalender (ytd) tercatat menguat 6,4 persen. 

Hal yang sama juga terjadi dengan Brazil, Singapura dan Saudi Arabia yang juga mencatatkan kinerja saham positif baik yoy atau ytd.

(BACA JUGA:Menko Airlangga: Hikmah dari Kriris Untuk Mengakselerasi Transformasi dan Reformasi)

"Ini menggambarkan perekonomian kita memiliki pondasi yang cukup resilience dan kinerja serta reputasinya cukup baik sehingga kita tidak mudah terimbas meskipun kita akui risiko itu masih berjalan dan masih berlangsung hingga saat ini," ungkap Menkeu.

Dijelaskan Menkeu, bahwa sebagian besar negara-negara di dunia kinerja saham dan nilai tukar mata uangnya terhadap dollar memburuk. 

Sri Mulyani mengungkap, di Jerman kinerja sahamnya ambruk 9,9 persen ytd atau 1,8 persen yoy. Kemudian China juga mengalami pelemahan kinerja sahamnya juga ambles 11,7 persen ytd atau 6,9 persen yoy.

Dari sisi nilai tukar mata uang, Euro melemah 2,5 persen yoy atau 3,4 persen ytd. Kemudian Yen Jepang juga terkoreksi -5,6 persen yoy atau 6,1 persen ytd.

(BACA JUGA:Aliansi Mahasiswa: Wapres Ma'ruf Amin 'Mencla-Mencle', Ulama Tapi Kok 'Paksa' Ummat Disuntik Vaksin Haram)

Yang paling parah Rusia, di mana akibat invasi yang terjadi kinerja sahamnya ambles hingga 19,5 persen yoy dan 34,4 persen ytd. Sedangkan nilai tukar mata uangnya terdepresiasi sangat dalam hingga 41,7 persen yoy atau 57,9 persen ytd.

Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar, lanjut Sri Mulyani, hingga 25 Maret 2022 relatif membaik. Tercatat nilai tukar masih menguat 0,2 persen yoy sedangkan secara tahun kalender terkoreksi tipis 0,4 persen.

"Banyak negara yang mengalami koreksi sangat dalam seperti Rusia karena dia kena sanksi ekonomi akibat invasi. Namun untuk Indonesia nilai tukarnya relatif stabil rupiah kita," pungkas Sri Mulyani.

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: