Siap-Siap! Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia tak Terelakkan, 5 Organisasi Medis Desak PTM 100 Persen Dievaluasi

Siap-Siap! Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia tak Terelakkan, 5 Organisasi Medis Desak PTM 100 Persen Dievaluasi

Bahaya Virus Baru Bernama NeoCov-Ilustrasi-Kemenkes

JAKARTA, FIN.CO.ID - Gelombang ketiga kasus COVID-19 berpotensi terjadi di Indonesia.

Perkiraan terjadinya gelombang ketiga kasus COVID-19 di Indonesia itu disampaikan epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman.

Dia menyebut potensi gelombang tiga COVID-19 di Indonesia sangat jelas. Artinya, ada kelompok masyarakat atau populasi yang belum memiliki imunitas. Atau meskipun sudah memiliki imunitas, namun imunitasnya menurun.

(BACA JUGA:Bahaya! Kasus Aktif COVID-19 Jakarta 9 Ribu Lebih, 79 Persen Transmisi Lokal)

Sebab, berdasarkan kajian, imunitas yang didapat dari vaksinasi COVID-19 terbukti menurun setelah lima bulan usai vaksinasi lengkap. 

"Tidak ada yang bertahan lama. Itu faktanya. Karena itulah potensi adanya lonjakan kasus yang disebabkan Omicron sudah sangat jelas. Apalagi, kecepatan infeksinya lebih cepat dibandingkan Delta," kata Dicky Budiman, Minggu (23/1/2022).

Untuk merespons varian Omicron, pemerintah tidak boleh abai terhadap aspek pengujian dan pelacakan. 

(BACA JUGA:Dua Pasien COVID-19 Omicron Meninggal Dunia, Ini Kata Kemenkes)

"Tanpa adanya deteksi dini yang kuat, tidak akan bisa untuk memutus transmisi. Tentu memutus transmisi dengan menemukan kasus-kasus infeksi dan kasus-kasus kontaknya. Sehingga mereka bisa menjalani isolasi atau karantina yang efektif," tukas Dicky.

Selain itu, upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan pelaksanaan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

Varian Omicron, lanjutnya, tidak bisa dianggap remeh. Karena masuk dalam variant of concern (VOC). "Jadi, segala narasi meremehkan itu berbahaya. Omicron terlihat ringan karena adanya vaksinasi dan imunitas," jelasnya.

(BACA JUGA:Kasus COVID-19 Hari Ini Tembus 3.205, Jakarta Lagi-lagi Sumbang Jumlah Terbanyak)

Hal senada disampaikan epidemiolog dari Universitas Andalas, Defriman Djafri. Dia meminta pemerintah memasifkan skrining, pengujian, pelacakan, dan analisis whole genome sequence (WGS). Tujuanya menekan penyebaran varian Omicron di dalam negeri.

 "Strategi ini memastikan untuk dapat mengidentifikasi secara cepat, dan kasus-kasus yang teridentifikasi harus dikarantina secara ketat. Sebab ini mempertimbangkan penularan Omicron yang lebih cepat dari varian lainnya," terang Defriman.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizal Huse

Tentang Penulis

Sumber: berbagai sumber