News

Pertamina Kembali Bermanuver

fin.co.id - 2020-01-14 09:15:03 WIB

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA – Setelah sukses megakuisisi saham mayoritas Tuban Petro hingga 51 persen, kembali Pertamina melakukan bermanuver di tengah derasnya gejolak harga minyak dunia yang cenderung merugikan negara konsumtif. Salah satu pekerjaan rumah yang tengah dilakukan perusahaan plat merah itu, mengintegrasikan Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan enam kilang yang berada di lokasi berbeda.Seperti diketahui TPPI merupakan anak usaha Turban Petro dengan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. ”Salah satu yang diintergari yakni GRR Tuban dengan TPPI. Langkah awal membangun pipa penghubung sejauh 7 Km,” terang Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Senin (13/1).Dijelaskannya, restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas. Di mana mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia ataupun migas. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.Kemudian, lanjut Nicke, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. ”Dengan tingkat profitability yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang memiliki sustainability (berkelanjutan). Jadi jelas ya, bahwa proyek kilang kami dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar," terang Nicke.Ia menyebut, peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp40-50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.Nah, aksi koorporasi mengintegrasikan kilang TPPI dengan GRR Tuban tujuannya untuk mengambil potensi itu.Apalagi, negara telah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit untu membeli saham seri B Tuban Petro senilai Rp3,2 triliun. Artinya Pertamina memiliki saham pengendali agar bisa mengembangkan TPPI. Mulai 2020 sesuai RKAP, Pertamina akan melakukan peningkatan produksi aromatik kilang TPPI dari saat ini 46 ribu ton menjadi 55 ribu ton. ”Dalam jangka panjang, Pertamina juga akan membangun Olefin Center, sehingga nantinya TPPI akan memproduksi petrokimia sebesar 700 ribu ton per tahun. Ya doakan saja semua berjalan dengan skema,” terangnyaPada saat yang sama, megaproyek GRR Tuban nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.205 ktpa, paraxylene 1.317 ktpa dan polyethylene 750 ktpa. ”Pertamina memiliki kapasitas dan kompetensi untuk meningkatkan daya saing industri petrokimia nasional. Pertamina siap untuk mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia melalui pengembangan bisnis petrokimia yang terintegrasi," ujar Nicke.Proyek GRR yang sedang dijalankan Pertamina menjadi kunci dalam membangun tonggak sejarah baru tersebut, sehingga Indonesia mampu memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor.Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan GRR akan meningkatkan kapasitas kilang untuk pengolahan minyak mentah menjadi dua kali lipat dari 1 juta barrel pada saat ini, menjadi 2 juta barrel. Dengan peningkatan signifikan, maka seluruh kebutuhan BBM bisa dipenuhi oleh kilang sendiri.”Pertamina melakukan sejumlah akselerasi agar proyek yang ditetapkan Presiden sebagai proyek strategis nasional ini, bisa segera terwujud. Inilah impian besar kita dalam membangun ketahanan dan sekaligus kemandirian energi,” terang Fajriyah. (dim/fin/ful)

Admin
Penulis