FIN.CO.ID - Tragedi penembakan siswa sekolah di Uvalde, Texas, kembali memasuki babak baru.
Kali ini, keluarga korban melayangkan gugatan ke Activision, pengembang game Call of Duty dan Meta (induk Facebook).
Mereka menuding Activision dan Meta telah mempromosikan penggunaan senjata api kepada remaja di bawah umur.
Gugatan tersebut diajukan di Pengadilan Tinggi Los Angeles pada hari Jumat (24/5/2024) atas nama sekitar 45 anggota keluarga korban.
Intinya, para keluarga koran menuduh kedua perusahaan telah mempengaruhi pelaku yang berujung pada tindakan kekerasan.
- BACA JUGA: Sejarah Video Game: Konsol Generasi Pertama Ini Rilis Tahun 1972, Generasi Kesembilan Ada PS5
- BACA JUGA:Dampak Buruk Terlalu Sering Main Video Game bagi Anak
Konten yang Mempengaruhi Pelaku?
Gugatan itu menyebut pelaku penembakan, SR (18 tahun), kerap memainkan Call of Duty.
Ia bahkan disebut memiliki kemampuan menembak yang jitu, skill yang ia dapat dari bermain game FPS kenamaan tersebut.
Selain itu, gugatan tersebut menyebutkan bahwa game Call of Duty menyediakan (detail info) tentang AR-15, jenis senjata yang digunakan dalam penembakan tersebut.
Tak hanya Call of Duty, gugatan itu juga menyoroti marketing agresif di Instagram yang menargetkan pelaku.
Konten tersebut disebut memperlihatkan ratusan image yang menggambarkan dan memuja sensasi pertempuran.
Meta dan Activision: Menanggapi Gugatan
Selain Meta dan Activision, keluarga korban juga menggugat Daniel Defense, perusahaan pembuat senjata AR-15.
Gugatan tersebut menuduh Daniel Defense telah mempromosikan senjatanya kepada anak di bawah umur di Instagram melalui unggahan.
Tanggapan Tergugat
Menanggapi gugatan tersebut, salah satu tergugat, dalam hal ini Activision, menyatakan bahwa jutaan orang di seluruh dunia menikmati gim video tanpa melakukan tindakan mengerikan.
Penelitian selama ini tidak menemukan kaitan antara gim video dengan aksi kekerasan nyata.
Gugatan yang Mirip dengan Kasus Sebelumnya