Peringati Hari Solidaritas Internasional Bagi Palestina, Adara Ajak Seluruh Pihak Bersama Bangun Kembali Gaza

Peringati Hari Solidaritas Internasional Bagi Palestina, Adara Ajak Seluruh Pihak Bersama Bangun Kembali Gaza

Peringati Hari Solidaritas Internasional Bagi Palestina, Adara Ajak Seluruh Pihak Bersama Bangun Kembali Gaza--

Hal yang sama diungkap pula oleh Roziana Ghani dan dr. Dewi Inong Irana, yang mengatakan bahwa agresi militer Israel sangat merusak kesehatan masyarakat, "khususnya anak-anak dan bayi yang terluka parah, luka parah tersebut bisa menyebabkan infeksi berat, apalagi dengan tidak adanya obat-obatan saat ini, dan tenaga medis serta tempat pengobatan yang layak, dan akibatnya bisa mengakibatkan nyeri yang sangat parah, penderitaan yang sangat mengerikan untuk anak dan wanita, cacat dan kematian." kata dr. Dewi. Inong. Oleh karena itu, menurutnya perlu bantuan medis untuk rehabilitasi pasca agresi yang akan menjadi pekerjaan jangka panjang.

Mewakili tokoh agama di kalangan perempuan, Dr. Syifa yang merupakan Ketua Umum Badan Kerjasama Majelis Taklim (BKMT) menyampaikan urgensi para tokoh agama untuk tidak berhenti bersuara tentang Palestina dalam majelis ilmu, khususnya tentang Gaza. Hal senada disampaikan Ustadzah Tere, yang menambahkan bahwa isu Palestina adalah isu kemanusiaan dan bukan isu SARA la menekankan, bahwa 'cukup menjadi manusia untuk membela Palestina.

Sementara itu, menurut Evi Risna Yanti, pengacara dan praktisi hukum, apa yang terjadi di Gaza pada saat ini merupakan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional (HHI) oleh Israel secara terang-terangan. Hal ini terjadi sekarang karena Israel seolah memiliki impunitas bahkan didukung oleh negara-negara pemegang hak veto PBB.

Israel juga melakukan pelanggaran terhadap pers, yang seharusnya mendapatkan perlindungan dalam perang, bahkan dengan sengaja menargetkan para jurnalis agar tidak dapat memberitakan apa yang sebenarnya terjadi di Gaza, sebagaimana disampaikan oleh Dazen Vrilla yang merupakan publik speaker dan jurnalis. Menurutnya, yang saat ini paling ditakuti oleh Israel adalah para netizen, karena memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menciptakan awareness terhadap genosida yang dilakukan Israel, "Sekarang Israel berharap dunia berangsur lupa, dan kebejatan mereka lama-lama tidak trending lagi. Di situ kita punya peran untuk reminding ke seluruh dunia bahwa hei, Palestina masih menderita loh, anak-anak masih kejang-kejang loh di lantai rumah sakit. Pemukiman warga masih dibom lah."

Sejalan dengan itu, menurut Vendryana, sangat penting untuk terus menyuarakan Gaza dan Palestina, meskipun agresi sudah berakhir. Sebagai influencer sekaligus pegiat parenting, ia mengatakan bahwa sosial media merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyuarakan kepedulian.

Adapun Asma Nadia, selaku penulis menyampaikan bahwa bersuara untuk Palestina harus dilakukan, karena saat ini diam bukanlah berarti netral, "pernahkah kita berfikir bahwa kediaman. 

kita akan membawa korban jatuh lebih banyak, bahwa kediaman kita adalah serupa dengan membiarkan pembunuhan terjadi ketika kita mungkin masih bisa berbuat sesuatu?"

Pada akhirnya, apa yang terjadi di Gaza dan Palestina hari ini adalah dampak dari penjajahan, dan oleh karena itu perempuan Indonesia harus terus menyuarakan Palestina hingga dapat merdeka, sebagaimana disampaikan oleh Fahira Idris, anggota DPD DKI Jakarta. Senada dengan itu, berbicara sebagal anggota Komisi X DPR RI, Hj. Desy Ratnasari, menyatakan bahwa kita harus melakukan apa pun yang kita bisa: berdoa, berdonasi, bergerak, dan tidak berhenti untuk menyuarakan Palestina. "Kita bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran kita untuk menggugah pimpinan negara kita, mereka yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengambil kebijakan dan keputusan membantu saudara-saudara kita di Palestina. Bahwa perang membawa duka terutama bagi ibu dan anak, sudah banyak ibu dan anak menjadi sasaran perang”. 

Desin Frila perwakilan Jurnalis, mengutarakan, “kondisi PERS jauh dari rasa aman, hal ini jauh dari hukum Internasional yang harusnya aman dari konflik maupun perang yang harus dilindungi, namun justru dalam konflik ini pers malah menjadi sasaran. Mari kita lakukan boikot produk-produk Israel dan dorong pesan-pesan kemanusiaan melalui jaringan sosial media untuk mendukung kemerdekaan Palestina”.

Lepas dialog. Adara merilis laporan bantuan di Gaza, yang meliputi tahap kesiapsiagaan dan darurat. Adara yang telah bermitra lama dengan NGO lokal, memiliki 2 ambulans untuk membantu evakuasi korban. Adara juga telah bekerja sama dengan mitra lokal dalam menyediakan bahan makanan dan air minum, yang dapat segera didistribusikan untuk memenuhi kondisi darurat agresi.

Selanjutnya, Adara menggelar tanya jawab untuk media dan penampilan lagu-lagu kemanusiaan dari Rahma Syamila. Acara kemudian ditutup dengan deklarasi kepedulian bersama para tokoh perempuan. Melalui momen Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina ini, Adara berharap bahwa peluncuran program 'Bangun Kembali Gaza' ini dapat menjadi seruan bagi terhimpunnya seluruh potensi kebaikan hingga dapat menebar kepedulian dan kedamaian untuk Gaza dan Palestina. Seluruh dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak tentunya merupakan energi yang akan terus menguatkan.

Adara juga menampilkan harapan dan doa dari anak-anak Indonesia untuk Palestina yang telah dikumpulkan dari berbagai sekolah yang dijadikan sebagai bagian dekorasi dari perhelatan acara Women Speak Up pada hari ini.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: