Jepang Ngotot Buang Sampah Nuklir Fukushima ke Laut, Padahal Negaranya Paling Peduli Lingkungan

Jepang Ngotot Buang Sampah Nuklir Fukushima ke Laut, Padahal Negaranya Paling Peduli Lingkungan

Ilustrasi sampah nuklir--Istimewa

Sampah Nuklir Fukushima - Jepang yang dikenal sebagai negara yang paling disiplin soal kebersihan lingkungan, kini ngotot membuang sampah nuklir Fukushima ke laut.  

Kebijakan ini mendapat protes keras dari nelayan lokal dan negara tetangganya, Tiongkok. 

Rencananya pada Selasa  29 Agustus 2023 ini, lebih dari 1 juta metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, akan dibuang ke laut. 

Rencana tersebut, telah disetujui dua tahun lalu oleh pemerintah Jepang sebagai hal yang penting untuk menonaktifkan pembangkit listrik yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Company (Tepco) (9501.T).

"Saya memperkirakan pelepasan air (sampah nuklir) akan dimulai pada 24 Agustus, jika kondisi cuaca memungkinkan,” kata Perdana Menteri Fumio Kishida dilansir Reuters, Selasa 29 Agustus 2023.

Pengumuman ini disampaikan sehari setelah pemerintah mengatakan pihaknya telah memperoleh kesepakatan dari industri perikanan mengenai pembuangan sampah nuklir ke Samudera Pasifik. 

Meskipun begitu, kelompok nelayan lokal mengatakan mereka masih khawatir kerusakan reputasi akan merusak mata pencaharian mereka.

BACA JUGA:

Jepang dan PBB Klaim Aman


Ilustrasi sampah nuklir--Istimewa

Air radioaktif atau sampah nuklir ini awalnya akan dikeluarkan dalam porsi yang lebih kecil dan  pemeriksaan ekstra dengan pembuangan pertama berjumlah 7.800 meter kubik selama sekitar 17 hari mulai Kamis. 

Air radioaktif tersebut akan mengandung sekitar 190 becquerel tritium per liter, di bawah batas air minum Organisasi Kesehatan Dunia yaitu 10.000 becquerel per liter.  Becquerel adalah satuan radioaktivitas.

Jepang mengatakan bahwa pelepasan air tersebut aman.  Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, memberi lampu hijau pada rencana tersebut pada bulan Juli, dengan mengatakan bahwa rencana tersebut memenuhi standar internasional dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan “dapat diabaikan”.

Sekitar 56% responden survei yang dilakukan oleh lembaga penyiaran Jepang FNN pada akhir pekan mengatakan mereka mendukung rilis tersebut, sementara 37% menentangnya. 

 “IAEA dan banyak negara lain telah menyatakan bahwa hal ini aman, jadi saya yakin hal ini aman. Namun para nelayan menghadapi begitu banyak masalah sehingga pemerintah Jepang perlu melakukan sesuatu untuk meyakinkan mereka,” kata Hiroko Hashimoto, pekerja LSM berusia 77 tahun. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: