Peringati Hari TBC Sedunia Apa Kata Guru Besar Esa Unggul

Peringati Hari TBC Sedunia Apa Kata Guru Besar Esa Unggul

Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed--

Pada tanggal 24 Maret 1982, setelah satu abad penemuan bakteri penyebab tuberkulosis, WHO menyelenggarakan Hari Tuberkulosis Sedunia yang pertama untuk memperingati 100 tahun penemuan bakteri Mycobacterium tuberculosis oleh Robert Koch.

“Tujuan memperingati hari tuberkulosis sedunia ini, tidak lain adalah untuk memberikan peringatan pada masyarakat bahwa hingga saat ini lebih dari sepertiga (sekitar 2 miliar orang) di dunia masih menderita tuberkulosis. Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi bagi masyarakat guna ikut mencegah penyebaran penyakit ini, agar penyakit tuberkulosis yang dapat menyebabkan kematian ini dapat segera diberantas”, katanya.

Perlu Upaya Pencegahan

Prof Maksum menambahkan bahwa menurut laporan WHO terbaru, tuberkulosis merupakan penyebab kematian ke-13 di dunia, dan penyakit menular kedua tertinggi  setelah COVID-19. 

Infeksi tuberkulosis laten dianggap sebagai reservoir bakteri penyebab penyakit tuberkulosis dan dapat berkembang menjadi tuberkulosis aktif. 

BACA JUGA:Menkes Budi Sadikin Targetkan Penurunan TBC

Hampir sepertiga populasi dunia terinfeksi bakteri tuberkolosis dan rata-rata, 5 -10% dari mereka yang terinfeksi tuberkulosis laten akan menjadi sumber penularan dalam masyakarat. 

“Oleh sebab itu upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC yang sangat menular ini penting untuk dilakukan. Pengobatan TBC tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama, minimal selama 6 bulan secara terus menerus, dan jika tidak ditangani secara tuntas, dapat menyebabkan resistansi obat. 

Selain itu bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dapat menular dengan mudah, yakni melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya”, paparnya.

Prof. Maksum menjelaskan bahwa di Indonesia, angka keberhasilan pengobatan TBC pun masih di bawah target pengobatan yang harus dicapai yaitu 90 persen. Sedangkan sistem pelacakan kasus TBC yang dilaporkan pada tahun 2022 masih di bawah target temuan yaitu masih di bawah target 85 persen. 

Pengidap TBC yang belum terlacak ini dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di Indonesia.

Kerjasama Semua Pihak

Menjawab tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan penyakit TBC ini, Prof. Maksum menjelaskan bahwa sebagaimana penyakit menular lainnya, penyakit TBC juga memerlukan kerjasama seluruh unsur masyarakat dalam upaya penanggulangannya. 

Penyakit TBC ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan oleh kontribusi dan kerjasama lintas sektoral dan seluruh lapisan masyarakat. Para pemangku kepentingan mempunyai peran penting guna menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030, paparnya.

Bagaimana dengan Indonesia

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: