Sandal Tua

Sandal Tua

--

Bagian paling pinggir lantai dua ini dipasangi barikade. Agar orang tidak berdiri di pinggirnya untuk menonton Kakbah dari lantai 2.

Hari itu saya belum tawaf bersama istri. Saat berumrah saya tawaf sendirian di dekat Kakbah. Istri masih bersama rombongan dalam perjalanan dari Madinah. Saat istri datang di Makkah saya sudah di Aziziyah, menemui seseorang. Tidak bisa menemani istri tawaf. 

Aziziyah masih bagian dari kota Makkah tapi sudah bukan Tanah Suci. Orang beragama lain boleh ke situ. 

Lokasi Aziziyah hanya dipisahkan dari Tanah Suci oleh gunung batu. Makkah-Aziziyah lantas disatukan oleh terowongan di bawah gunung. Begitu banyak terowongan di Makkah sekarang ini.

Lantaran letaknya yang di luar kota suci Aziziyah bisa untuk tempat lobi. Restoran besar-besar ada di sini. Mal-mal besar juga di sini. Semua bangunan di jalan utamanya baru. Kinclong. Subway di sini. Huawei di sini. Aziziyah telah menjadi Shibuya-nya Makkah.

Keesokan harinya istri mengajak tawaf bersama. Gagal. Sampai di halaman Masjid Al Haram saya sudah kena cekal. Saya harus lewat pintu lain. Pintu itu hanya untuk yang berpakaian ihram. Yakni untuk mereka yang berumrah.

Di barikade itu saya pisah dengan istri. Dia menuju Kakbah. Tawaf di sana. Wanita memang tidak bisa dibedakan mana yang tawaf umrah dan mana yang tawaf ulangan: pakaiannya sama. Sedang laki-laki yang akan tawaf umrah harus pakai baju ihram –bawahan selembar kain putih dan atasan selembar kain putih. Dua-duanya tidak boleh ada jahitan.

Saya menuju pintu yang diarahkan petugas: ternyata langsung naik eskalator ke lantai 2. Di situlah saya tawaf. Pakai baju hem dan celana panjang. Saya mencoba mencuri pandang ke istri yang tawaf di bawah sana, tapi tidak terlihat. Kakbahnya saja tidak terlihat apalagi istri saya.

Tawaf –berjalan mengitari Kakbah tujuh kali– di lantai 2 ini sedikit lebih longgar. Hanya jarak tempuhnya lebih panjang. Itu karena lingkar treknya lebih besar. 

Saya sudah pernah menghitung seberapa jauh lingkaran tawaf di sekitar Kakbah: 10 x wirid. Berarti 10 x 33 = 330 langkah. Dikalikan 7 putaran: sekitar 2.100 langkah. Itu karena saya tawaf di posisi agak berjarak dari Kakbah.

Kali ini saya ingin tahu seberapa beda tawaf di lantai 2. Ternyata saya perlu melangkah 10 kali Asma'ul Husna. Berarti satu putaran 10 x 99 = 990 langkah. Lalu saya paskan menjadi 1.000 dengan cara memperpendek langkah di dekat garis start/finish. 

Itu berarti sekali tawaf di lantai 2 sama dengan olahraga 7.000 langkah.

Saya juga pernah tawaf di lantai paling atas. Lantai yang menghadap langit. Tapi tidak menghitungnya. Perkiraan saya 20 x Asma'ul Husna untuk satu putaran.

Hari terakhir di Makkah istri mengajak tawaf wada' (perpisahan dengan Kakbah) di lantai 2. Agar bisa bersamaan. Permintaannyi saya penuhi. Tapi saya tidak tega istri saya harus mengayunkan kaki 7.000 langkah. Lututnyi bermasalah. Maka saya sewa kursi roda: 150 riyal. Saya yang mendorong kursi itu. Rasanya baru sekali ini saya menggendong istri sampai 7.000 langkah.

Ups, bukan 7.000 langkah. Di putaran kedua seseorang bermohon agar ia bisa mendorong kursi roda itu. Badannya tinggi besar. Wajahnya bukan Arab. Bukan Turkiye. Bukan Asia. Bukan Afrika. "Saya dari Tajik," katanya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

3 hari

Nilai Wong

1 minggu

Nilai 95

1 minggu

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu