Beberapa Fakta Sungai Ciliwung dan Sejarahnya sejak Kerajaan Pajajaran

Beberapa Fakta Sungai Ciliwung dan Sejarahnya sejak Kerajaan Pajajaran

Sungai Ciliwung di Bogor, Jawa Barat. (ist)--

Data riset LIPI mengatakan, sepanjang tahun 1910 sampai 2010, ikan seperti belida, soro, berot, nilam, tawes, putak, berukung, lele, brek, keperas, dan ikan hitam tidak diketemukan kembali di Ciliwung.

Sementara, spesies ikan yang lain seperti hampal, genggehek, dan baung makin terancam.

Supaya ikan yang ada tidak punah, kesadaran warga untuk tidak buang sampah harus ditumbuhkan.

Pencemaran air yang terjadi karena sampah industri pabrik harus disetop.

BACA JUGA:Kaesang Terjun ke Politik, Jokowi: Saya Tidak Mempengaruhi, Saya Tidak Memutuskan

Tidak hanya itu , diharap tidak ada pihak yang menyebar ikan-ikan predator di Ciliwung yang bukan habitatnya, supaya spesies asli masih tetap hidup.

Berdasar riset yang sudah dilaksanakan, jumlah limbah rumah tangga, sampah limbah industri, sampah ternak, dan pencemaran dari pertanian yang berada di Ciliwung sebesar 54,4 ton BOD setiap hari.

Sementara, kemampuan sungai memuat beban pencemaran cuma 9,29 ton BOD [Biological Oxygen Permintaan] setiap hari.

Bisa dikatakan, Ciliwung sudah melewati kemampuan daya dukungnya.

BACA JUGA:Meski Berdampingan di Tribun Stadion, Suporter The Jak dan Kabo Mania Kampanyekan Persahabatan

Rintangan lain ialah ada perubahan tata ruang dan tutupan lahan. 

Ini mengakibatkan berkurangnya kualitas lingkungan yang mengakibatkan bertambahnya kerentanan bencana banjir.

Daerah sempadan sungai [riparian] dari Bogor, Depok, dan sebagian Jakarta Selatan yang merupakan 60 % dari keseluruhan luas sempadan Ciliwung, sekitar 37,11 % sudah jadi wilayah terbangun kedap air.

Ciliwung selalu dihubungkan dengan masalah bajir yang terjadi di Jakarta.

BACA JUGA:Ini Dia 3 Calon Sekda DKI Jakarta yang Lolos Seleksi, Jokowi Pilih yang Mana?

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Darul Fatah

Tentang Penulis

Sumber: