Terkuak, Surplus Perdagangan Indonesia Terjadi Karena Harga Komoditas Masih Tinggi

Terkuak, Surplus Perdagangan Indonesia Terjadi Karena Harga Komoditas Masih Tinggi

Ilustrasi Ekspor-Julius Silver -Pexels

JAKARTA, FIN.CO.ID --  Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin 15 Agustus 2022 mengungkapkan bahwa Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD4,2 miliar pada Juli, sebagai dampak dari harga komoditas yang tinggi secara global. 

Hal itu terjadi meskipun harga beberapa produk andalan seperti minyak sawit, nikel, dan gas alam telah menurun.

(BACA JUGA:Tiba di Indonesia, Kejagung Tahan Surya Darmadi Selama 20 Hari Untuk Pemeriksaan)

(BACA JUGA:Kejagung Tahan Surya Darmadi Tersangka Korupsi, Mardani Ali Sera: Jangan Beri Fasilitas Mewah)

Meski mencetak lonjakan surplus perdagangan yang melampaui perkiraan pada Juli, BPS mengingatkan bahwa nilai ekspor kemungkinan mulai berkurang dalam bulan-bulan mendatang, mengingat nilai ekspor yang tinggi akibat dari harga komoditas yang meroket.

Sebagaimana diketahui, surplus perdagangan tersebut lebih besar dibandingkan jejak pendapat yang dilakukan Reuters, yaitu sebesar USD3,93 miliar, namun di bawah surplus Juni yang mencapai USD5,09 miliar.

Surplus Juli lalu tersebut merupakan surplus perdagangan 27 bulan beruntun sejak Mei 2020, yang tentu membantu pemulihan dari dampak pandemi dan mengurangi tekanan pada mata uang rupiah di tengah tren penguatan dolar AS.

Namun, BPS kini mulai mewanti-wanti bahwa peningkatan ekspor nasional sebagian besar merupakan cerminan dari kenaikan harga, sementara volume ekspor tetap relatif stagnan.

(BACA JUGA:Kurs Rupiah 15 Agustus 2022 Turun Tajam, Terseret Data Perekonomian China yang Tak Sesuai Perkiraan)

(BACA JUGA:Utang RI di Luar Negeri Alami Penurunan Pada Triwulan II 2022)

"Pertumbuhan ekspor yang impresif pada Januari-Juli 2022 didorong oleh kenaikan harga komoditas," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, di Jakarta, Senin 15 Agustus 2022. 

Setianto mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa terus berharap harga komoditas tinggi. 

"Rejeki nomplok ini bisa berakhir jika harga komoditas kembali normal. Karena volume ekspor komoditas utama kita cenderung stagnan, mungkin ini yang perlu kita perhatikan terkait ekspor kita dalam beberapa bulan mendatang," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, nilai ekspor Juli 2022 naik 32,03 persen secara tahunan menjadi USD25,57 miliar, dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan 29,73 persen menurut jajak pendapat.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: