Yakni meneruskan kepemimpinan Sang Ibu.
Tentu saja akan melanjutkan hubungan antara Istana Buckingham dengan Bank of England.
Termasuk jaringan kerjanya di seluruh dunia.
Ratu Elizabeth wafat dalam realitas dunia sedang menghadapi krisis ekonomi, keuangan, krisis pangan, pengaruh perubahan lingkungan.
(BACA JUGA:Tantangan Besar Indonesia Menghadapi Krisis Global dan Fokus Jokowi Dorong Perekonomian Lewat Hilirisasi )
Serta perang Rusia dan Ukraina yang belum usai, ditambah dengan eskalasi di Laut Cina Selatan.
Untuk mengatasi berbagai dampak negatif di atas, perlu sebuah kebijakan global untuk terus meningkatkan ketahanan finansial secara global juga.
"Kalau kita mempelajari struktur Komite 300 dengan menggunakan paradigma finansial dan moneter, maka dapat terlihat bahwa secara moneter terdapat tiga kekuatan utama finansial yang ada dalam struktur Komite 300," tutur Amir.
Ketiga kekuatan finansial itu yakni kekuatan Rothschild and the Gang & Rockefllerand the Gang, GCA.
(BACA JUGA:Rusia dan Ukraina Picu Krisis Pangan dan Energi, Airlangga: Momen Tepat Promosi Minyak Sawit)
GCA milik putra Indonesia, bila dimanfaatkan maka GCA dapat memberi keseimbangan terhadap krisis ekonomi dan finansial yang sedang melanda dunia saat ini.
“Sepanjang informasi yang berkembang, sejak tahun 2010 ada keinginan dari Ratu Elizabeth untuk mendayagunakan dana GCA,” terang Amir.
Namun sejak saat itu, belum ada seorang pun tokoh dunia yang bisa membangun komunikasi antara Ratu Elizabeth dengan putra Indonesia pemilik GCA.
Berdasarkan informasi itu, maka bisa pula timbul pertanyaan andaikata nanti Yang Mulia Charles III ditunjuk sebagai ketua Komite 300, apakah akan melanjutkan langkah–langkah Ibundanya untuk mendayagunakan dana GCA dimaksud?
(BACA JUGA:Bank Dunia Beri Penilaian Positif Terhadap Ekonomi Indonesia, Pengamat: Menarik, RI Bisa Survive Saat Krisis)