Pasukan Israel Minta Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Dikosongkan

fin.co.id - 18/11/2023, 20:48 WIB

Pasukan Israel Minta Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Dikosongkan

Iron Dome Israel

Menurut pejabat kesehatan, ada sekitar 650 pasien, termasuk 22 orang dalam perawatan intensif dan 36 bayi prematur, di Rumah Sakit al-Shifa, ditambah sekitar 400 staf medis dan lebih dari 2.000 pengungsi.

BACA JUGA:

Dr Munir al-Bursh, direktur umum rumah sakit di Jalur Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel menggeledah ruang bawah tanah al-Shifa dan memasuki gedung bedah dan darurat di dalam kompleks tersebut.

Menurut sumber di dalam al-Shifa, tentara Israel menggunakan pengeras suara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerahkan diri.  

Sekitar 30 orang dilaporkan dibawa ke halaman, ditelanjangi, ditutup matanya dan diinterogasi oleh tentara Israel. Pasukan Israel juga meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis, kata sumber.

BACA JUGA:

Dr Ahmed El Mokhallalati, seorang ahli bedah di dalam fasilitas tersebut, mengatakan suara tembakan keras dan ledakan terdengar di kompleks tersebut.

 “Ini adalah saat yang sangat menakutkan; ini adalah saat yang mengerikan bagi keluarga, warga sipil yang berlindung di rumah sakit bersama anak-anak mereka. Ini sangat buruk bagi staf yang merawat pasien mereka dan pasien itu sendiri,” katanya kepada Al Jazeera.

Sekitar 700 pasien masih dirawat di rumah sakit, termasuk sekitar 100 orang dalam kondisi kritis. 

Lebih dari 1.000 staf medis juga terjebak di Rumah Sakit namun mereka tidak dapat merawat pasien karena kekurangan obat-obatan dan bahan bakar.

Wartawan Al Jazeera melaporkan bahwa ketakutan terjadi di antara staf, pasien, dan pengungsi saat tentara zionis masuk. 

Rumah sakit bukanlah medan pertempuran

Suasana mencekam di Rumah Sakit Al Shifa, Gaza. Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS)--

Daerah sekitar al-Shifa telah dilanda beberapa serangan Israel selama berminggu-minggu.  

Pemerintah Israel telah mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi pengungi dari fasilitas tersebut.  

Namun, para pejabat medis Palestina menolak perintah tersebut dan mengatakan mereka tidak bisa meninggalkan pasien mereka.

Khanif Lutfi
Penulis