Nadiem Makarim Minta Maaf

Nadiem Makarim Minta Maaf

JAKARTA - Kisruh Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu) terus menjadi polemik di kalangan publik. Mundurnya tiga organisasi masyarakat (ormas) besar seakan menjadi jawaban, bahwa ada ketidakberesan dalam program tersebut. Ya, dalam waktu bersamaan, tiga ormas besar yang sebelumnya masuk dalam POP dengan tegas menyatakan mundur dari program tersebut. Ketiga ormas itu diantaranya, Lembaga Pendidikan Maarif NU, PP Muhammadiyah dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Mundurnya tiga ormas besar tersebut menjadi cambukan besar bagi Kemendikbud. Karena dapat dikatakan, bahwa ketiga ormas ini merupakan organisasi yang telah memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan dan perkembangan pendidikan di Indonesia. Sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap program tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim akhirnya meminta maaf kepada NU, Muhammadiyah, dan PGRI soal kisruh POP. Ia berharap, ketiga organisasi besar tersebut bersedia memberikan bimbingan dalam melaksanakan programnya. Permintaan maaf Mendikbud, Nadiem Makarim ini diunggah melalui video berdurasi 2,36 menit di akun resmi Kementerian Pendidikan Selasa 28 Juli 2020. "Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala keprihatinan yang timbul dan berharap agar tokoh dan pimpinan NU, Muhammadiyah, dan PGRI bersedia untuk terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program yang kami sadari betul masih belum sempurna," kata Nadiem, seperti ditulis, Rabu (29/7). Nadiem meluruskan, bahwa niat awal dari program ini adalah bermitra dengan para penggerak pendidikan untuk selanjutnya menemukan inovasi yang dipelajari oleh pemerintah. Tujuan akhirnya, adalah agar program yang tepat bisa diterapkan dalam skala nasional. "Itulah makna dari POP agar Kemendikbud bisa belajar dari masyarakat pergerakan pendidikan. Hanya satu misi kami mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini," terangnya. Nadiem juga mengapresiasi, sebesar-besarnya masukan dari pihak NU, Muhammadiyah, dan PGRI mengenai program organisasi penggerak. Menurutnya, ketiga organisasi ini telah berjasa di dunia pendidikan bahkan jauh sebelum negara ini berdiri. "Tanpa pergerakan dari Sabang sampai Merauke yang dilakukan oleh organisasi besar ini, identitas budaya dan misi dunia pendidikan di Indonesia tidak akan terbentuk," tuturnya. "Kami di Kemendikbud siap mendengar siap belajar," imbuhnya. Nadiem juga menegaskan, Kemdikbud telah menyepakati dengan Tanoto Foundation dan Putra Sampoerna Foundation bahwa tidak akan menggunakan anggaran pemerintah sepeser pun. "Mereka akan mendanai aktivitas programnya tanpa anggaran dari pemerintah," ujarnya. Nadiem berharap, penjelasan ini akan menjawab kecemasan masyarakat mengenai potensi konflik kepentingan dan isu kelayakan hibah. Selain itu hibah tersebut sekarang bisa dialihkan kepada organisai yang lebih membutuhkan. Menanggapi itu, Ketua LP Ma’arif NU Arifin Junaidi pun mengapresiasi pernyataan tersebut. Menurutna, hal ini merupakan kejadian yang tidak biasa yang dilakukan oleh seorang pejabat tinggi. "Pertama saya menghargai sifat kesatria dari Mas Nadiem, jarang pejabat tinggi kita yang mau mengakui kesalahan dan minta maaf begitu," kata Arifin kepada wartawan, Rabu (29/7). Menurut Arifin, sebenarnya yang perlu dilakukan Kemendikbud adalah memperbaiki masalah yang ada di program tersebut. Apalagi, dia juga mengakui bahwa sebenarnya program ini merupakan jalan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. "Program ini sebenarnya baik. Kalau memang Mas Nadiem menyadari kesalahannya, segera lakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya," ujarnya. Pihaknya memberi masukan, jika memang program ini tidak dimungkinkan untuk dijalankan dalam waktu dekat, lebih baik ditunda untuk dimatangkan kembali. "Saya selama ini vokal gitu karena saya sayang sama Mas Nadiem, bukan karena benci. Beliau orang yang potensial. Jangan sampai nanti kontraproduktif dengan potensinya itu," katanya. Terkait dengan kembalinya LP Ma’arif NU ke dalam POP, dirinya masih belum memutuskannya. Sebab, pihaknya ingin melihat perbaikan yang dilakukan Nadeim, bukan sekadar kata maaf saja. "Ya kita lihat dulu, ada perbaikan gak, kalau cuma minta maaf ya, kalau di dalam Islam, taubat itu pertama menyatakan kesalahannya, kedua minta maaf, ketiga memperbaiki atau berjanji tidak mengulangi, nah memperbaiki itu loh, konsep Islam itu saja yang saya pakai," tuturnya. Senada, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Kasiyarno juga mengapresiasi pernyataan Nadiem yang telah meminta maaf kepada NU, PGRI dan Muhammadiyah atas polemik POP. Menurutnya, permintaan maaf Nadiem menunjukkan bahwa dirinya mengakui adanya kelemahan kekurangan dalam menyelenggarakan POP. Bahkan, Nadiem diakui pihaknya mendatangi Kantor PP Muhammadiyah hari ini, Rabu (29/7) untuk bersilaturahmi sekaligus membahas beberapa kebijakan POP. Walaupun demikian, pihaknya masih belum menentukan sikap mengenai POP dan akan dibahas secara khusus. "PP Muhammadiyah akan membahas secara khusus dengan Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti dalam waktu dekat," pungkasnya. POP merupakan salah satu program unggulan Kemendikbud. Program itu bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peserta didik. Dalam program ini, Kemendikbud akan melibatkan organisasi-organisasi masyarakat yang mempunyai kapasitas meningkatkan kualitas para guru melalui berbagai pelatihan. Kemendikbud mengalokasikan anggaran Rp 567 miliar per tahun untuk membiayai pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan organisasi terpilih. Organisasi yang terpilih dibagi kategori III yakni Gajah, Macan dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp 20 miliar/tahun, Macan Rp 5 miliar per tahun, dan Kijang Rp 1 miliar per tahun. (der/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: