Triple Seto

Triple Seto

Septian Hario Seto foto di depan BYD yang mirip Alphard, di Shenzhen, Tiongkok.----Disway.id

"Pa, semenjak kita nikah, sudah bertahun-tahun kok kita tidak jalan-jalan kemana-mana seperti mereka ?" "Oh sayang, kita itu kan pasangan yang sudah sepakat setia pada janji" "Iya pa. Tapi apa hubungannya dengan jalan-jalan ?" "Waktu pacaran dulu kita kan sering ngomong KALAU SUDAH JODOH TAK KAN KEMANA-MANA. Mama pasti ingat kan ?"

Liam Then

"Pa, kenapa tetangga rumahnya gede" "Ma, itu semua karena Titipan-Nya" "Trus Pa ,tetangga sebelah lagi beli mobil listrik baru" "Ma, itu juga Titipan-Nya" "Sepupuku Pa, ia ajak istri jalan ke Singapur" "Itu juga karena Titipan-Nya" "Trus kapan kita ketitipan Pa?" "Naaah itu dia Ma, Papa juga bertanya-tanya"

Mbah Mars

INTERMEZO Pegawai maskapai penerbangan berbusa-busa melakukan pidato dalam acara promosi. "Bapak-bapak, Ibu-Ibu, saudara-saudara. Jangan ragu naik pesawat kami. Pergi dengan naik pesawat kami itu resikonya paling sedikit dibanding Bapak/Ibu/Saudara naik mobil pribadi, bis dan kereta api" Ada hadirin yang nyeletuk: "Masa iyah sih ?" Si pegawai maskapai melanjutkan: "Coba Bapak/Ibu/Saudara lihat betapa banyak orang yang naik mobil, bis dan kereta yang patah tangannya, kakinya, tulang rusuknya, jarinya, jempolnya, patah tulang hidungnya, rahangnya, lehernya, tulang pahanya, tulang betisnya dsb. Bahkan para penumpang mobil, bis dan kereta api banyak yg bonyok kepalanya, pelipisnya, punggungnya, dadanya, perutnya, bokongnya dsb. Yang paling sering adalah gegar otaknya. Kesimpulannya, naik mobil, bis dan kereta api banyak sekali resikonya. Beda kalau naik pesawat kami. Ada orang yang angkat tangan menyela: "Emang kalau naik pesawat perusahaanmu apa saja resikonya, kok tadi bilang resikonya sedikit ?" "Saya kasih tahu ya, Bapak/Ibu/Saudara, resiko naik pesawat kami hanya satu saja. Sekali lagi hanya satu" "Apa itu", sahut hadirin hampir bersamaan. "Hanya satu resikonya: mati" Terdengar para hadirin bergumam: "Betul juga ya. Resikonya hanya satu" "Iya, betul-betul sedikit resikonya"

Johannes Kitono

Dulu pernah naik pesawat CN-235 dari Bandar Lampung . Bersama Lawyer yang kemudian jadi anggota DPR-RI dan Ketua Komisi 3. Didalam tas ada cek Rp.6,5 mily hasil klaim kasus pencemaran. Seperti biasa dan sudah standarnya. CN-235 ini 5 - 10 menit sebelum landing di Halim. Selalu terbatuk-batuk dulu. Mungkin kena polusi udara Jakarta. Dengan iseng goda sang Lawyer : " Boss, bagaimana ini. Baru dapat klaim kasus besar semenjak Law Firm dibuka. Pesawat sudah terbatuk-batuk, mungkin bisa jatuh ". Dan belum sempat nikmati Sukses Fee. Wow, jangan ngomong begitulah. Katanya dengan kuatir dan nada takut." Akhirnya, CN-235 landing dengan selamat. Lawyer dapat sukses fee lumayan tinggi.Saat terpilih jadi DPR-RI.Suara ex jurnalis itu cukup vokal. Mungkin sudah lupa, pernah dibikin takut oleh CN-235. Ciptaan Prof B.J. Habiebie, Presiden ke 3 NKRI.

Rizal Falih

Pernah punya pengalaman menghadapi cuaca buruk saat dalam penerbangan, rute Kendari ke Jakarta. Pesawat harus transit di Bandara Sultan Hasanuddin, Maros, terlebih dahulu. Untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Pesawat gagal landing, karena hujan lebat disertai petir, awan hitam pekat. Jarak pandang dibawah 500 meter. Setidaknya begitulah pengumuman dari pilot. Entah sudah berapa kali gunjangan yang dirasakan. Layaknya naik angkot di jalanan yang aspal nya sudh terkelupas, menyisakan bebatuan. Kalau sudah begitu, hanya pasrah pada yang Maha Kuasa. Semua hapalan ayat suci dan do'a pun diucapkan. Pesawat berputar-putar sekitar 30 menit di atas kota Makassar. Pilot pun akhirnya memutuskan unutuk mendaratkan pesawatnya di Balikpapan. Penumpang mendapatkan makan dan uang pengganti keterlambatan sekitar lima ratus ribu rupiah. Tidak sebanding, yang penting nyawa bisa selamat. Setelah kurang lebih menunggu 2 jam cuaca membaik. Pesawat pun di berangkatkan kembali. Dengan tetap transit di Makassar terlebih dahulu. Bersykur pesawat bisa terbang dan mendarat mulus dengan selamat di Jakarta. Pernah juga, dalam penerbangan lain merasakan pesawat turun dari ketinggian secara tiba-tiba. Rasanya seperti naik roalcoaster tapi di udara. Kalau sudah begitu, kita hanya percayakan keselamatan pesawat kepada pilot dan Tuhan. Ditemani oleh pramugari yang cantiknya 7i pun tidak ada gunanya. Tidak bisa menghilangkan cemas dan takut.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Ari Nur Cahyo

Tentang Penulis

Sumber: