Riset Salesforce: 86 Persen Pemimpin TI di Indonesia Memprediksi AI Generatif Berperan Penting dalam Organisasi

Riset Salesforce: 86 Persen Pemimpin TI di Indonesia Memprediksi AI Generatif Berperan Penting dalam Organisasi

Ilustrasi AI--reuters

FIN.CO.ID - Salesforce (NYSE: CRM), pemimpin global di bidang CRM, merilis laporan State of IT terbarunya, yang membahas pendapat dari 4.000 lebih pemimpin TI di 28 negara, termasuk 150 pemimpin TI di Indonesia.

Laporan tersebut menyoroti tren yang berdampak pada organisasi TI, seperti perubahan pada langkah-langkah pengembangan aplikasi, kesenjangan yang semakin besar antara permintaan dan ketersediaan layanan TI, serta dampak transformatif dari otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI).

Terdapat empat poin penting dari laporan state of IT pada tahun 2023.

AI Generatif akan Merevolusi Bidang TI

Sebanyak 87% pemimpin TI di Indonesia mengatakan bahwa peran AI dalam organisasi mereka sudah cukup diakui, dan persentase ini diperkirakan akan terus meningkat karena 86% dari mereka meyakini bahwa AI generatif akan segera memainkan peran penting dalam organisasi mereka. Namun, mereka tetap melihat hal tersebut dengan penuh kehati-hatian, mengingat 53% di antaranya memiliki kekhawatiran terhadap praktik etika terkait AI generatif.

BACA JUGA:

Kapasitas Tim TI terkuras dengan adanya transformasi digital saat ini

Ada beberapa penyesuaian penting yang perlu dilakukan oleh tim TI dalam aktivitas kerjanya, yang meliputi perubahan target atau KPI, tuntutan kebutuhan bisnis, evolusi teknologi, dan tekanan ekonomi. Sebanyak 47% organisasi TI di Indonesia menghadapi kesulitan dalam menjawab berbagai tuntutan bisnis yang ada. 

Situasi ini menjadi semakin menantang karena 69% dari mereka memproyeksikan adanya peningkatan permintaan layanan TI selama 18 bulan ke depan. Menanggapi hal ini, 91% pemimpin TI di Indonesia pun semakin terdorong untuk berfokus pada efisiensi operasional.

Adanya Dorongan untuk Meningkatkan Upaya Pengembangan Aplikasi

Permintaan terhadap pengembangan aplikasi terus meningkat, baik yang ditujukan bagi kebutuhan pelanggan maupun karyawan internal. Namun, hanya 50% dari organisasi TI di Indonesia yang bisa mengimbangi semua permintaan tersebut. Untuk meningkatkan kapasitas kerjanya, 74% organisasi TI pun sudah mengadopsi alat low-code atau no-code. 

Selain itu, 63% di antaranya pun menerapkan konsep komposabilitas, di mana blok pengembangan yang terstandarisasi dapat digunakan kembali untuk menggantikan beberapa ‘kode khusus’.

Tim TI Diharuskan untuk Mempertimbangkan Semua Opsi yang Ada Guna Menjamin Keamanan

Meskipun perkembangan teknologi membawa berbagai inovasi, namun hal tersebut juga dapat mengakibatkan timbulnya celah atau kelemahan baru pada sistem keamanan sebuah organisasi,yang dapat dieksploitasi oleh para peretas. Inilah satu alasan mengapa 60% pemimpin TI di Indonesia tengah mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan antara tuntutan bisnis dan keamanan. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Ari Nur Cahyo

Tentang Penulis

Sumber: