Korban Penipuan Kerja Paruh Waktu Capai 1000 Orang dengan Total Kerugian Rp35 Miliar, Polisi Didesak Bertindak

Korban Penipuan Kerja Paruh Waktu Capai 1000 Orang dengan Total Kerugian Rp35 Miliar, Polisi Didesak Bertindak

Ilustrasi penipuan online atau penipuan kerja paruh waktu melalui smartphone--

Korban penipuan lowongan kerja paruh waktu secara online terus bertambah. Bahkan tercatat jumlahnya kini capai seribu orang dengan total kerugian capai Rp35, 4 miliar. 

Korban berasal dari wilayah yang berbeda-beda, mulai dari Jakarta, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur. Bahkan juga ada yang dari luar negeri seperti Jepang, Korea dan Australia.

Demikian disampaikan oleh Tira, Koordinator korba penipuan kerja paru waktu tersebut. Tira mengharapkan atensi kepolisian mengusut kasus tersebut. 

"Saya adalah Tria, sebagai perwakilan dari pada korban penipuan online berkedok paruh waktu (part time) di salah satu platform atau ecommerce," kata Tria di Bareskrim Polri , Rabu 20 Juli 2023.

BACA JUGA:

Tria juga salah satu korban penipuan tersebut. Dia kehilangan uang puluhan juta karena tergiur bekerja paruh waktu. 

Pekerjaan paru waktu tersebut menjebak korban untuk menyetor sejumlah uang atau disebut seposito sebelum mengerjakan tugas dengan cara like dan komentar produk di platform ecommerce, seperti Shopee. 

Deposito yang diberikan korban, mulai dari jumlah kecil hingga hingga jumlah yang besar. Korban akan diberikan komisi jika setor jumlah kecil. Hal ini untuk meyakinkan korban agar mau menyetor jumlah uang yang besar. 

Komisi yang diberikan misalnya, korban setor Rp500 ribu, akan dikembalikan menjadi Rp700 ribu. Begitu seterusnya hingga korban tergiur dan mau setor jumlah besar. 

BACA JUGA:

Ketika korba menyetor jumlah besar, tandanya korban telah masuk jebakan penipu. Dan uang tersebut tidak bisa dikembalikan. 

Korban akan diperintahkan setor kembali jika uang mau ditarik atau dikembalikan berta dengan komisintya. Begitu seterusnya hingga saldo rekening korban habis. 

Menurut Tira, korban mulai bermunculan sejak tahun 2021. Dan secara masif jumlahnya naik pada tahun 2023. 

Situasi pandemi COVID-19, membuat perekonomian sejumlah warga yang menjadi korban tidak stabil sehingga membutuhkan penghasilan tambahan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: