Open House

Open House

--

Lalu saya diminta memberi kuliah umum untuk 300 mahasiswa semester 6 yang akan berangkat KKN. Saya bicara pendek saja saat itu: mengapa benar saja tidak cukup. Juga: mengapa orang jujur sulit jadi pemimpin.

Saya harus cepat balik ke Surabaya. Harus hadir di ulang tahun Harian Disway. 

Terpaksa saya menelepon Mas Nanang, ketua Begandring Surabaya. Yakni komunitas pecinta sejarah. Ia mantan wapemred JTV ketika Jawa Pos masih dipimpin oleh ayahnya AZA.

Mas Nanang pasti punya pakaian bersejarah. Tahun lalu, di ulang tahun Harian Disway ke-2, ia mengenakan pakaian intelektual Jawa masa lalu: blankon, jas putih, baju putih, dasi, bawahan kain batik dan sepatu slop. 

Keren banget.

Sya pun dipinjami pakaian yang saya kenakan kemarin. Pagi-pagi ia datang memasangkan pakaian itu secara benar. Terutama ikatan di atas sepatu. Agak rumit. Gaya tentara Jepang di tahun 1945-an. "Cepetan, tamu sudah mulai datang," ujar ketua panitianya.

Acara ulang tahun kemarin itu diatur ala open house. Tamu boleh datang jam berapa saja. 

Boleh pula pulang kapan saja. 

Boleh sebentar, boleh juga lama.

Acaranya juga suka-suka tamu. Bisa ngobrol sesama tamu, ngobrol dengan awak Disway atau melihat-lihat hiasan ulang tahun.

Tentu boleh juga menyanyi di karaoke. Konsul Taiwan menyanyi lagu Aipia --yang juga dinyanyikan penziarah makam Gus Dur pekan lalu. Ia tambah lagi satu lagu: Alishan --Gunung Ali.

"Itu kampung halaman saya di Taiwan," katanya dalam bahasa Mandarin.

Para pengusaha menyanyi lagu kesukaan masing-masing. Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf menyanyikan lagu 'zai na li' dan 'ikan dalam kolam'. 

Kebetulan itu lagu-lagu yang biasa kami bikinkan gerak senamnya. Maka ketika Pangdam menyanyi, saya dan grup senam kami jadi jadi penari latar.

Seru.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Inisial B

1 minggu

Masa Depan

1 minggu