Tangan Atas

Tangan Atas

Dahlan Iskan bersama Ria Zia Ulfah (tiga dari kanan) dan Presiden TDA 6.0 Donny Kris Puriyono di acara Pesta Wirausaha TDA di Surabaya, 5 Mei 2023.-Moch. Sahirol-Harian Disway ---

Oleh: Dahlan Iskan

SAYA kembali menghadiri forum komunitas Tangan di Atas (TDA). Kemarin sore. Di Surabaya. Yang dibahas Bagaimana Bangkit dari Bisnis yang Hancur. 

Anggota TDA adalah anak-anak muda yang terjun di bisnis. Mereka ingin agar umat jangan lagi jadi tangan di bawah: miskin.

Mereka bukan pengusaha besar batu bara: yang ketika terjadi Covid-19 justru meraup laba tak terkirakan. Sampai ada yang tiba-tiba menjadi orang terkaya di Indonesia. Mengalahkan keluarga Djarum, Gudang Garam, Eka Tjipta Wijaya, dan orang-orang terkaya lama. 

Saya sendiri memilih tidak mau memberi nasihat di forum itu. Saya belum berhasil bangkit. Saya masih seperti ayam yang mati di lumbung. Maka saya minta tiga anggota TDA naik panggung. Yakni mereka yang benar-benar sudah bangkit dari kematian akibat Covid-19.

Dari enam anggota yang naik panggung, semuanya sempat mati di saat pandemi. Tidak ada satu pun yang tiba-tiba justru kaya.

Salah satunya pemilik resto ayam bakar. Di Tulungagung. Waktu itu ia baru saja berkibar: mampu membuka resto kedua. Ternyata Covid datang. Langsung mati. Dasar anak muda, ia cari akal: jualan suara. Voice over. Ia sadar suaranya baik. Ia menawarkan diri di internet: sebagai pengisi dubbing suara. Bayarannya dolar. Ada perusahaan di Turkiye yang meminati suaranya.

Setelah Covid berlalu jiwa dagangnya bangkit lagi: dagang beras dan gula. Ambil langsung dari pabrik. Dijual ke pengecer. Omzetnya kini sudah lebih tinggi dari waktu buka ayam bakar.

Ada juga Yazerlin Nadila Balqis. Lulusan ITB Bandung. Jurusan bisnis. Kini jualan sayur. Ke hotel-hotel dan restoran. Omzetnyi  sudah mendekati Rp 500 juta/bulan. Sudah lebih besar dari sebelum Covid.

Ayah Zerlin pedagang sayur tradisional. Zerlin ambil alih. Dia bangun jaringan modern. Berhasil. 

Yang spektakuler adalah Ria Zia Ulfah. Zia punya usaha spa bayi. Kini, setelah Covid, justru sudah punya tiga outlet. Total yang pernah ditangani outlet Zia sudah 13.517 bayi.

Waktu Covid datang, Zia baru setahun membuka spa bayi. Karyawannyi, 9 orang, diliburkan. Zia pun mantab –makan tabungan. Sisa uangnyi terkuras. 

Ketika Covid mulai reda seorang karyawan Zia datang untuk curhat: kehabisan uang untuk hidup. Dia seorang bidan. Dialah yang merayu Zia untuk mulai buka spa bayi kembali.

Zia menerima ide itu. Kasihan. Maka dicarilah cara agar orang tua bayi merasa aman: bayi mereka tidak akan terkena Covid. Zia dan para bidannyi menerapkan disiplin tinggi terkait dengan prosedur kesehatan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Zeni

3 hari

Hari Raya

6 hari

Madinah Kafe

1 minggu