Budiman Sudjatmiko Beri Respons Tak Terduga Terkait Bom Bunuh Diri di Mapolsek Astana Anyar
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.-Screenshot YouTube/Najwa Shihab-
"Tamil Eelam (etnonasionalis Hindu) dan Janata Vimukti Peramuna (nasionalis Marxis) atau Aljazair yang mengalahkan FIS (Islamis)," tutupnya.
Sebelumnya satu anggota Polri meninggal dalam peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung.
BACA JUGA:Eks Kasum TNI Beri Tanggapan Singkat Soal Ledakan Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Suntana mengatakan satu anggota polisi yang meninggal dunia dalam peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar adalah Aiptu Sofyan.
Diungkapkan Irjen Pol. Suntana dalam peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar ada 11 orang yang menjadi korban.
Dirincinya, dari 11 korban itu, sebanyak 10 orang merupakan anggota polisi dan satu orang warga sipil yang sedang melintas di sekitar lokasi kejadian. Sedangkan pelaku bom bunuh diri dipastikan tewas di lokasi.
"Ada 11 orang menjadi korban, terdiri 10 anggota Polri dan satu warga sipil. Satu orang anggota Polri meninggal dunia atas nama Aiptu Sofyan," katanya di sekitar Polsek Astana Anyar.
BACA JUGA:Detik-detik Ledakan Bom di Sekitar Polsek Astana Anyar, Warga Histeris: Apa Itu?
Kapolda menjelaskan peristiwa bom bunuh diri itu terjadi sekitar pukul 08.00 WIB saat anggota Polsek Astana Anyar sedang melaksanakan apel pagi.
Saat itu, pelaku memaksa mendekati anggota polisi yang sedang melaksanakan apel. Kemudian pelaku sempat dihalau masuk oleh beberapa anggota polisi.
"Dan dia mendekat, pelaku tetap berkehendak mendekati anggota, lalu mengacungkan sebuah pisau, tiba-tiba terjadi ledakan," kata Suntana.
Kapolda pun memohon waktu untuk bisa mengungkap kejadian bom bunuh diri tersebut karena saat ini polisi masih fokus memastikan lokasi maupun lingkungan sekitar Polsek Astana Anyar steril.
BACA JUGA:Pelaku Bom Bunuh Diri Bawa 2 Bom, 1 Diledakan Polisi
"Sesudah ini mohon waktu, polisi akan melaksanakan olah TKP (tempat kejadian perkara) berupa pemeriksaan lokasi, pemeriksaan termasuk sidik jari, untuk memastikan identitas dari pelaku bom bunuh diri," tutup Suntana.
Jawa Barat bangkit! Setelah terkena bencana gempa buni di Cianjur & Garut, kini ada (dugaan) serangan bom bunuh diri di Jawa Barat. Turut berduka..
Keep Parahyangan safe & lovely.. https://t.co/m56MNuqKrV — Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) December 7, 2022
Selama konservatisme RADIKAL tak dikalahkan, maka peternakan teroris (yg berdasar agama atau etnonasionalisme) akan tetap ada. Ini hukum evolusi biasa yg seharusnya tak mengagetkan kita https://t.co/ybm32BbKol — Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) December 7, 2022
Konservatisme RADIKAL di Barat berdasar ras. Di negara2 berkembang, konservatisme radikalnya berdasar agama mayoritasnya. Bedanya Buddha, Hindu, Shinto tak ada cita2 internasionalnya. Katholik sdh kapok mbakar2 orang di abad pertengahan. Islam yg masih rawan — Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) December 7, 2022
Berapa lama yg dibutuhkan tiap ajaran u/ beralih dr eksistensi => toleransi => hegemoni? Bukan soal angka tahun sih tp lebih ke kemampuan melakukan evaluasi atas kekonyolan2 masa kanak2 & akil baligh (pubertas)-nya. — Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) December 7, 2022
Tapi utk mengatasi tindak pidana terorismenya, kita bisa belajar dr Srilanka yg berhasil melenyapkan terorisme terorganisir & berakar, Tamil Eelam (etnonasionalis Hindu) & Janata Vimukti Peramuna (nasionalis Marxis) atau Aljazair yg mengalahkan FIS (Islamis) — Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) December 7, 2022
Sumber: