Belajar dari Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Sebut Kunci Sukses Menang Perang adalah The Man Behind the Gun

Belajar dari Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Sebut Kunci Sukses Menang Perang adalah The Man Behind the Gun

Amerika Serikat dikabarkan akan kembali mengirim tambahan bantuan peralatan tempur senilai $425 juta (sekitar Rp 6,6 triliun) ke Ukraina -ilustrasi-Berbagai sumber

BACA JUGA:Vladimir Putin Tuding Intelijen Ukraina Dalang Pengeboman Jembatan Selat Kerch

BACA JUGA:Ultah ke-70, Putin Dapat Kado Istimewa, 4 Wilayah Ukraina Bergabung ke Federasi Rusia

Mantan Komandan Batalyon Kavaleri 4/Tank Kodam III Siliwangi ini, juga merujuk kepada pelajaran dari Perang Dunia II. Salah satu kesuksesan Jerman dalam perang kilat adalah Auftragstaktik.

Auftragstaktik, kata Iftitah, adalah filosofi militer yang menekankan kepada pemberian ruang dan waktu kepada komandan bawahan, untuk mengambil sejumlah inisiatif. 

Auftragstaktik adalah ruang kreasi komandan bawahan, untuk melakukan sejumlah tindakan yang diyakininya, akan mampu mencapai keberhasilan tugas pokok. Tentu tetap dalam koridor petunjuk perencanaan komandan atasannya.

Iftitah mengatakan, "Jadi, komandan bawahan tidak selalu bertanya; Izin Komandan, mohon petunjuk, dalam setiap langkahnya. Cukuplah komandan atasan mengatakan: Ini misi yang harus dicapai, dalam waktu tertentu. Soal bagaimana mengeksekusinya diserahkan kepada komandan bawahan."

Tapi Iftitah menegaskan, tentu Auftragstaktik tidak bisa seketika dijalankan. Harus dimulai dengan melakukan reformasi pendidikan militer di semua bidang. 

Auftragstaktik ini, katanya, ditiru oleh oleh Inggris dengan Mission Type Order-nya, ditiru juga oleh Amerika Serikat dengan Mission Command-nya, hingga sekarang. Ini diterapkan bukan hanya untuk para perwira Kavaleri, tetapi juga untuk seluruh kecabangan lainnya.

Oleh karen itu, Iftitah menyarankan agar Kavaleri TNI-AD melakukan transformasi organisasi, peralatan, doktrin, taktik serta sumber daya manusianya.

Ini disampaikan Iftitah dalam seminar Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) yang diselenggarakan secara online (12/10). 

Para pembicara yang lain adalah Direktur Persenjataan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD Brigjen TNI Agus Erwan, Wakil Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Brigjen TNI Rano Tilaar, dan Wartawan Kompas Harry Susilo yang baru pulang dari meliput perang di Ukraina. 

BACA JUGA:Guru Besar UI Puji Peran Jokowi di Panggung Dunia, dari Kunjungan Ukraina dan Rusia hingga G20

Iftitah, alumnus US Army Command and General Staff College, menguraikan, "Di bidang organisasi, bentuk transformasi ini harus mengutamakan combined armed. Di bidang peralatan, Kavaleri bisa melakukan negosiasi dengan satuan Penerbangan TNI AD (Penerbad) untuk menyertakan Heli Apache dan Heli Mi-35 sebagai bagian dari pengerahan Satuan Kavaleri. Kami juga mendorong tumbuhnya industri pertahanan dalam negeri, termasuk membuat Tank sendiri." 

Iftitah melanjutkan, "Doktrin dan taktik perangnya pun, harus joint forces, bukan hanya Darat tetapi juga dengan Matra Udara. Sedangkan di bidang SDM, perwira Kavaleri harus memiliki karakter Man of Vision, dan fighting spirit, militan, mampu melihat ke depan, beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta berkolaborasi dengan pasukan lain. 

“Perintah Jenis Tugas”, Auftragstaktik-nya Indonesia, juga harus dikembangkan secara maksimal. Saya pernah belajar “perintah jenis tugas” ini waktu sekolah dasar kecabangan. Tetapi di lapangannya, saya lihat kurang sekali dikembangkan."

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: