Kurs Rupiah 16 Agustus Ditutup Melemah, Penyebabnya Data Ekonomi China yang Dibawah Ekspektasi

Kurs Rupiah 16 Agustus Ditutup Melemah, Penyebabnya Data Ekonomi China yang Dibawah Ekspektasi

Ilustrasi mata uang rupiah-Robert Lens-Pexels

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Kurs rupiah 16 Agustus ditutup melemah terhadap dolar Amerika (AS). Penyebabnya, data ekonomi China yang dibawah perkiraaan dan memunculkan kekhawatiran terjadinya resesi.

Mengutip data Bloomberg, Selasa 16 Agustus 2022 pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.768 per dolar AS, melemah 27 poin atau 0,18 persen dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin 15 Agustus 2022 di level Rp14.741 per dolar AS.

(BACA JUGA:Pemerintah Galau Soal Kenaikan Harga Pertalite: Naik Salah, Gak Naik Tambah Salah)

(BACA JUGA:Jokowi Targetkan Ekspor Besi Baja Tahun 2022 Tembus Rp440 Triliun)

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS memang menguat pada Selasa. Penyebabnya adalah penurunan suku bunga acuan yang mengejutkan oleh bank sentral China.

"Serta data produksi industri China yang secara signifikan lebih lemah dari perkiraan menimbulkan kekhawatiran terhadap resesi," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa sore.

Data konsumsi dan produksi industri China menunjukkan peningkatan pada bulan Juli 2022. Meski begitu, realisasinya masih berada di bawah ekspektasi analis.

Biro Statistik China pada rilis Senin 15 Agustus 2022 mengatakan bahwa penjualan ritel tumbuh 2,7 persen pada Juli dari tahun lalu. 

(BACA JUGA:Tantangan Besar Indonesia Menghadapi Krisis Global dan Fokus Jokowi Dorong Perekonomian Lewat Hilirisasi )

(BACA JUGA:Gamblang, Jokowi Bilang Indonesia Sudah 3 Tahun Tak Impor Beras)

Angka ini jauh di bawah perkiraan pertumbuhan 5 persen oleh jajak pendapat Reuters, dan turun dari pertumbuhan 3,1 persen pada bulan Juni.

Dalam penjualan ritel, kategori katering, furnitur, dan terkait konstruksi mengalami penurunan. Di sisi lain, penjualan mobil naik 9,7 persen. Kategori emas, perak dan perhiasan mengalami kenaikan penjualan terbesar, naik sebesar 22,1 persen.

Dari segi produksi, industri China mengalami kenaikan sebesar 3,8 persen. Angka ini meleset dari ekspektasi untuk pertumbuhan 4,6 persen dan pelemahan dari kenaikan 3,9 persen bulan sebelumnya.

Terkait investasi, investasi aset tetap untuk tujuh bulan pertama tahun ini naik 5,7 persen dari tahun lalu. Meski begitu, ini juga meleset dari ekspektasi untuk pertumbuhan 6,2 persen. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: