Soal Jokowi Kunjungi Rusia dan Ukraina, Pakar Ekonomi: Harga Minyak Bisa Naik Jika...

Soal Jokowi Kunjungi Rusia dan Ukraina, Pakar Ekonomi: Harga Minyak Bisa Naik Jika...

Presiden Jokowi bersama Presiden Vladimir Putin di Moskow, Rusia -Sekretariat Presiden-Twitter

Pada sektor energi, perang tersebut juga mendorong gejolak harga minyak sehingga berpengaruh pada negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Sanksi terhadap Rusia akibat peperangan itu, kata dia, juga menimbulkan ketidakpastian harga energi global, terutama minyak.

(BACA JUGA:Piala AFF U-19 2022: Ini Jawaban Berkelas Shin Tae-yong Jelang Lawan Vietnam)

Pada sektor kesehatan, perang yang berlarut-larut, menurut dia, tentu berpengaruh pada distribusi vaksin, apalagi di level global capaian vaksinasi masih timpang.

"Ada negara-negara berkembang, negara-negara menengah bawah yang capaiannya masih di bawah 50 persen. Ini sangat berat jika perang terus berlanjut tentu akan berpengaruh pada program-program terkait dengan obat untuk penanganan pandemi. Saya kira-kira makna kunjungan juga terkait ini," ujarnya.

Meski demikian, dari sisi geopolitik atau situasi kawasan, kata Riza, kunjungan Presiden Jokowi tidak akan terlalu tampak karena permasalahan tanggung jawabnya lebih banyak di negara-negara besar.

Menurut dia, secara geografis terhadap Asia Tenggara atau Asia pada umumnya tidak terlalu tampak pengaruhnya, kecuali jika perang berlanjut dengan menggunakan persenjataan nuklir.

(BACA JUGA:Dukung Penguatan Ekosistem UMKM, Pemerintah Sediakan Beragam Program)

"Itu efek beratnya mungkin bisa memicu perang dunia ketiga. Akan tetapi, proyeksi saya itu agak jauh karena ini lebih banyak dibatasi dampaknya agar secara geografis tidak sampai meluas ke kawasan-kawasan lain," kata dia.

Riza mengungkapkan bagaimanapun kunjungan Presiden Jokowi memperlihatkan bahwa sinyal politik luar negeri Indonesia tetap menginginkan stabilitas di kawasan internasional.

Ia mengatakan bahwa politik luar negeri Indonesia tetap menginginkan perdamaian sebagai tujuan utamanya.

Sejumlah negara besar, menurut dia, selama ini telah berusaha menengahi konflik dua negara itu. Akan tetapi, belum tampak hasilnya.

Dikatakan pula bahwa Jokowi disebut sebagai juru damai yang tulus dan juru damai yang tidak memiliki kepentingan selain berharap agar mereka yang berkonflik segera berdamai.

Posisi itu, menurut dia, berbeda dengan negara-negara besar dan negara-negara yang memiliki nuklir yang tergabung dalam aliansi militer yang syarat kepentingan.

(BACA JUGA:Gelar Pameran Batik Seraci, Pemkab Bekasi Wajibkan Jajaran Beli Produk UMKM Lokal)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Ari Nur Cahyo

Tentang Penulis

Sumber: