Buruk Bagi Masa Depan, Enam Juta Anak Terancam Kehilangan IQ

Buruk Bagi Masa Depan, Enam Juta Anak Terancam Kehilangan IQ

BKKBN: Jumlah keluarga berisiko stunting turun signifikan di akhir tahun 2023 (Ilustrasi - Stunting)--(Istimewa)

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Enam juta anak Indonesia terancam kehilangan Intelligence Quotient (IQ) 10 hingga 15 poin akibat stunting.

Rektor Universitas YARSI Prof dr Fasli Jalal, Sp.GK., Ph.D mengatakan, ini akan memberikan dampak buruk bagi masa depan mereka.

(BACA JUGA:Cegah Stunting Lewat Produk Olahan Ikan UMKM)

Menurut Fasli, rata-rata poin IQ yang dimiliki anak Indonesia hanya sekitar 78.

Besar IQ itu, lanjut Fasli, lebih rendah dibandingkan rata-rata poin IQ yang dimiliki anak-anak di Jepang, yakni 106, peningkatan IQ semakin diperparah dengan hadirnya pandemi COVID-19 yang melanda dunia.

“Berdasarkan data SSGI tahun 2019, IQ poin anak-anak kita, berkurang 10 sampai 15 poin untuk setiap anak dari enam juta anak Indonesia,” kata Fasli, Jumat, 24 Juni 2022.

Fasli menuturkan, hal tersebut tentu akan memberikan dampak pada enam juta anak di Indonesia terlambat untuk bisa masuk ke sekolah dan cenderung memiliki prestasi di bidang akademik yang lebih buruk.

(BACA JUGA:Kata Puan Maharani Saat Kunjungi Kabupaten Magetan: Stunting Masih Jadi Permasalahan Serius)

Bahkan, lanjut Fasli, malah terkadang terjadi putus sekolah pada usia muda.

Stunting, kata Fasli, juga membuat anak kehilangan tinggi badannya sekitar satu persen dan 1,4 persen produktivitasnya. Bila stunting terus dibiarkan, kualitas kesehatan anak bangsa akan menurun dan kegiatan perekonomian dapat terganggu.

"Kadang putus sekolah pada usia awal membuat mereka memiliki pendapatan lebih rendah dari teman-temannya yang normal kondisi tubuhnya. Dia juga akan kehilangan pendapatan, negara juga akan kehilangan Gross Domestic Product (GDP,)" kata Fasli.

Fasli menambahkan stunting tidak hanya merugikan anak secara individu, tetapi juga negara. Biaya untuk penanganan nutrisi pada anak yang terkena stunting diperkirakan bisa mencapai Rp300 triliun hingga Rp400 triliun. Potensi GDP juga ikut menurun sekitar dua sampai tiga persen.

(BACA JUGA:Gandeng Camat, Upaya BNPP Dorong Penurunan Angka Stunting di Perbatasan Kepri)

"BPJS bisa bangkrut karena membiayai dampak stunting sebagai penyakit tidak menular ini. Kondisi ini akan membuat kemiskinan antar-generasi yang semakin buruk," ucap dia.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: