“Provinsi yang besar, juga melahirkan penulis besar.”
Demikian pernyataan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena. Ia mengumumkan gerakan terbaru Satupena yang bertujuan merayakan para penulis besar dari setiap provinsi di Indonesia.
Di setiap tanah, ada kata-kata yang pernah ditanam. Di setiap provinsi, ada suara yang tak hanya menggema di zamannya, tetapi terus beresonansi dalam lembaran sejarah.
Satupena kini hadir sebagai penjaga jejak itu. Kita menghidupkan kembali nama-nama yang pernah menerangi peradaban dengan tulisan mereka.
Melalui inisiatif ini, setiap koordinator Satupena provinsi memilih satu penulis besar atau inspiratif yang telah wafat, yang berasal dari atau memiliki keterikatan mendalam dengan daerah mereka.
Gerakan ini adalah penghormatan, perayaan, sekaligus sebuah janji bahwa kata-kata mereka tak akan hilang dalam kabut waktu.
Mengenang seorang penulis adalah menghidupkan kembali pemikirannya. Mengenang seorang penulis adalah menolak lupa.
Baca Juga
Melalui program ini, Satupena mengukuhkan bahwa karya sastra bukan sekadar rangkaian aksara, tetapi juga warisan peradaban yang harus dirawat.
Respons dari pengurus Satupena di berbagai provinsi pun mengalir dengan cepat. Hingga saat ini, sudah ada belasan nama penulis yang telah diajukan, sementara provinsi lain tengah berdiskusi untuk memilih sosok terbaik dari tanah mereka.
Di antara nama-nama yang telah terpilih, kita menemukan tokoh-tokoh besar yang telah meninggalkan jejak mendalam di dunia sastra, musik, dan pemikiran:
???? Jawa Tengah (Ketua: Gunoto Saparie) → NH Dini
???? Sumatra Barat (Ketua: Sastri Bakry) → Buya Hamka
???? Jawa Timur (Ketua: Akaha Taufan Aminudin) → Dwianto Setyawan
???? Lampung (Ketua: Yusrizal Karana) → Montinggo Busye
???? Bali (Ketua: Drs. I. Wayan Suyadna) → Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus
???? DKI Jakarta (Ketua: Nia Samsihono) → Ismail Marzuki