Kami menyempatkan berfoto di area hutan jati. Luar biasa. Di setiap pohonnya dilengkapi barcode. Saya kurang tahu sebenarnya, mungkin dengan adanya barcode tersebut untuk mendata jumlah pohon termasuk usia pohon tersebut. Keluar dari hutan jati, kami masuk ke jalur selatan.
Hutan jati di Gunung Kidiul, Daerah Istimewa Yogyakarta. --
Luar biasa, cuacanya panas banget. Di sini motor Honda GL Pro performanya sedikit menurun. Atau badan kami yang mulai drop. Mungkin karena cuaca sangat panas.
Waktu zuhur kami sudah tiba di Prembun di kediaman adik dari ibu saya. Lik Tug. Kami memang berniat menginap di rumah Lik Tug dan membeli oleh-oleh di sini. Kami ingin benar-benar istirahat total sebelum melanjutkan perjalanan kami untuk sampai di Jakarta.
Tak ada aktivitas berarti di Prembun, karena kami hanya leyeh-leyeh. Paling pergi ke Pasar Prembun untuk membeli oleh-oleh, yang kemudian oleh-oleh tersebut kami paketkan ke Jakarta.
Akhirnya kami bisa merasakan kasur dan tidur layak. Hehehe
Hari Ketujuh Perjalanan (Kebumen-Jakarta)
Kami berangkat sudah pukul 22.00 WIB. Kami sudah sepakat untuk melanjutkan perjalanan dengan santai. Kami pun sudah berniat untuk tidur di daerah Wangon, Kabupaten Cilacap. Kenapa kami memilih Wangon? Karena di daerah tersebut SPBU nya sangat 'ramah' terhadap pengendara. Banyak tersedia tempat istirahat.
Kami tidur sekira pukul 02.00 WIB dan bangun pukul 07.00 WIB. Tidak pakai mandi, kami langsung melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, kondisi GL Pro kembali prima dan tidak loyo seperti perjalanan dari Gunung Kidul ke Kebumen yang motor terasa sangat berat tarikannya.
Sekira pukul 09.00 WIB, kami tiba di daerah Banjar dan kami menyempatkan diri untuk sarapan bubur. Kota demi kota kami lalui, Banjar, Ciamis, Garut sampai kami tiba di Bandung sekira pukul 13.00 WIB.
Jalur yang awalnya lengang, kini macet parah. Jalan Soekarno-Hatta tak bersahabat sore itu. Kami harus menembus kemacetan berjam-jam untuk bisa sampai di Padalarang. Belum lagi hujan deras yang memaksa kami harus berhenti sekitar 1 jam.
Tiba di Padalarang tepat ketika azan Magrib berkumandang. Kami menyempatkan berhenti pom bensin sebelah kiri.
Selesai Magrib, kami langsung melanjutkan perjalanan. Tanjakan Cianjur-Puncak dengan mudah dilahap GL Pro. Karena hari biasa, jalur puncak sepi. Kami pun menyempatkan berhenti di puncak pas, atau rumah makan legendaris Rindu Alam. Kondisinya saat itu tutup. Kami hanya berhenti di parkiran sambil menyesap sebatang roko.
Satu destinasi wisata terakhir sebelum kami tiba di rumah. Sekira pukul 21.00 WIB, saya tiba di rumah Kamplenk. Cireundeu, Tangerang Selatan. Saya pun kembali melanjutkan perjalanan ke Kota Tangerang di mana saya tinggal saat ini.
Mohon maaf sebelumnya jika post terakhir ini agak lama. Karena kesibukan saya dan pekerjaan saya. Apalagi sejumlah partai mulai memanaskan mesin politik-nya. Termasuk penentuan bakal cawapres Anies ataupun cawapres Ganjar.