Saat mendarat di bandara pun dia sudah tahu: Amerika sangat sembrono --sangat menganggap enteng wabah ini. Dia lihat di bandara itu: tidak ada pemeriksaan yang memadai. Di Washington pun dia lihat sikap orang-orangnya cuek-bebek. Seperti sedang tidak ada wabah. Jalan-jalan raya masih ramai. Orang masih berlalu-lalang di mana-mana. Restoran masih penuh. ”Ini bahaya,” katanyi dalam hati.
Maka tidak sampai hitungan hari dia sudah berangkat lagi ke bandara. Bersama dua anaknyi. Tujuannya bulat: Shanghai. Anaknyi akan lebih aman daripada di Amerika.
Hanya 36 jam sang ibu di Amerika.
Kelak, beberapa hari kemudian, dia merasa lebih benar lagi. Yakni ketika dia ikuti perkembangan Covid-19 di Amerika. Yang korbannya terus meroket seperti tak terkendali.
Itulah gambaran seorang ibu yang lagi terjepit wabah di antara dua benua.
Kisah berikutnya tidak hanya menarik, tapi juga penting bagi kita. Agar kita tahu beginilah cara mengelola masyarakat di tengah wabah pandemi. Harian South China Morning Post, Hongkong, memuat kisah sang ibu itu. Tanpa menyebutkan nama dan identitas lengkap.
Begitu mendarat kembali di Shanghai sang ibu menemukan suasana yang begitu berbeda. Begitu ketat. Padahal wabah sudah mulai bisa diatasi di Shanghai.
Tanggal 15 Maret 2020 dia mendarat kembali di bandara Shanghai. Bersama dua anaknyi. Suasananya berbeda sekali dengan di bandara Amerika.
Penumpang pesawat tidak boleh langsung meninggalkan pesawat. Harus lama duduk manis di dalam dulu. Sampai semua pemeriksaan selesai. Satu persatu ditanya tentang keadaan badan mereka. Suhu badan. Obat yang sedang di makan. Pernah pergi ke kota mana saja. Banyak dokumen kesehatan yang harus diisi. Lalu diperiksa begitu teliti. Dua jam lamanya ibu dan anak Amerika itu berada di dalam pesawat.
Ketika penumpang akhirnya diijinkan meninggalkan pesawat, masih harus antre menjelang proses imigrasi. Dua jam lamanya berdiri di barisan antre itu.
Begitu tiba di depan, seorang petugas bandara melakukan pemeriksaan lagi. Semua dokumen diperiksa teliti lagi. Yang memeriksa mengenakan pakaian APD lengkap.
Setelah lolos pemeriksaan itu masuk lagi ke dalam antrean berikutnya: antre mem-foto copy semua dokumen kesehatan. Yang sudah lolos dua pemeriksaan sebelumnya. Ada mesin foto copy Xerox di situ.
Copy-an dokumen tersebut lantas ditempeli kertas kuning. Artinya, itulah tanda boleh antre di tahap berikutnya. Yakni antre untuk dilakukan pemeriksaan cepat Covid-19.
Hasil pemeriksaan itu akan menentukan nasib. Ada tiga kemungkinan: harus karantina di rumah masing-masing, atau harus karantina di hotel yang sudah ditunjuk. Atau juga harus langsung masuk rumah sakit.
Setelah melalui proses itu, barulah bisa ke imigrasi. Untuk pemeriksaan paspor.