Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Acua 3,5 Persen Berpotensi Tahan Laju Rupiah Hari Ini

Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Acua 3,5 Persen Berpotensi Tahan Laju Rupiah Hari Ini

Uang rupiah (Pixabay)--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 23-24 Mei 2022 kemarin. 

Namun demikian, kebijakan itu dinilai bisa membuat spread dengan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Hal tersebut berpotensi menjadi sentimen negatif bagi rupiah sehingga hari ini diprediksi melemah terhadap dolar AS.

(BACA JUGA:Keseimbangan Eksternal Tetap Kuat, Indonesia Siap Menghadapi Berbagai Risiko )

(BACA JUGA:Duh, Ratusan Triliun Dana Pemulihan Ekonomi Daerah Masih Mengendap di Perbankan)

Mengutip data Bloomberg, Rabu 25 Mei 2022 pukul 09.15 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.647 per dolar AS. 

Posisi tersebut menunjukkan penguatan 14 poin atau 0,09 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin 24 Mei 2022 di level Rp14.661 per dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan bahwa kurs rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini.

 "Sentimen The Fed mungkin masih akan menjaga rupiah bergerak di Rp14.600 -Rp14.700 per dolar AS hari ini," kata Ariston dalam keterangan tertulis, Rabu pagi.

(BACA JUGA:Review Daihatsu Taft 2022 LCGC di Jepang, Bakal Masuk Indonesia Juga?)

(BACA JUGA:Hyundai Serius Garap Mobil Listrik, Kucurkan Investasi Rp81 Triliun untuk Bangun Pabrik EV di Georgia)

"Dengan BI tidak mengubah kebijakannya jarak suku bunga acuan dengan The Fed makin melebar. Ini bisa menekan rupiah ke arah Rp14.700," ujar Ariston.

Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen atau di level terendahnya, dalam Rapat Dewan Gubernur BI bulan Mei 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan perlunya BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.

"Serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tingginya ketidakpastian eksternal," kata Perry.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: