Nasional

Makmun Rasyid: Institusi TNI dan Polri Jadi Obyek Infiltrasi HTI

JAKARTA, FIN.CO.ID - Heboh paham Wahabi/Salafi menyusup ke tubuh TNI/Polri dan sejumlah lembaga negara, kembali ramai diperbincangkan publik. 

Terlebih, setelah muncul kesaksian dari mantan ustadz Wahabi/Salafi asal Gorontalo bernama Ustadz Rubianto Ibrohim. 

Dia membongkar adanya pengikut Wahabi/Salafi yang telah menyusup ke institusi Polri dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). (BACA JUGA:Wahabi Susupi TNI Polri, Jangan Ada Dusta Terhadap Merah Putih )

Paham Wahabi/Salafi ini dinilai ustadz Rubianto Ibrohim berbahaya bagi Indonesia. Karena paham tersebut mengajarkan kebencian terhadap orang lain yang berbeda keyakinan.  

Contoh kasusnya sudah pernah terjadi. Yakni di Masjid Al-Badar Pussenif TNI Kodiklatad, Bandung.

"Institusi TNI/Polri tidak saja menjadi obyek infiltrasi kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), tapi juga kelompok Salafi-Wahabi. Strategi keduanya mirip. Tapi tidak sama dan tujuannya juga berbeda," ujar Pengurus Harian Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Muhammad Makmun Rasyid kepada FIN di Jakarta pada Kamis (9/3/2022).

(BACA JUGA:Pak Kapolri, Ada Organisasi Wahabi di Polisi, Namanya Polri Cinta Sunnah, Eks Ustadz Salafi Ini yang Bongkar)

Dia menjelaskan HTI menjadikan thalabun nusrah (memperoleh pertolongan, Red) ada pada tahapan kedua dalam aktivitas gerakan politiknya. 

Tahap ini disebut bagian dari tahapan tafa'ul (aktivitas interaksi, Red). "Tahapan ini bagian dari metode. Istilah HTI-nya thariqah, yang wajib diikuti oleh semua simpatisan maupun anggota yang telah dibaiat," imbuhnya.

Pencarian untuk mendapatkan perolehan dukungan ini agar orang-orang yang memiliki kemampuan memberikan pertolongan menjadi bekal dalam mencapai tahapan ketiga. Yaitu pengambilalihan kekuasaan. 

(BACA JUGA:Singgung Wahabi, Eko Kuntadhi Sindir Pendukung Negara Khilafah: Jangan Manipulasi Nama Nabi!)

"Kekuasaan ini didapati dengan segala macam cara dan upaya. Sekalipun memperolehnya dengan status negatif," tukas Makmun Rasyid.

Dalam melakukan infiltrasi, HTI mengaplikasikan thalabun nusrah dengan beberapa tahap. 

Pertama, sebagai upaya mencari perlindungan (thalabul himayah). Ini bertujuan proses "menghipnotis" masyarakat agar tergerak dan bergabung dalam memperjuangkan Khilafah Islamiyah. 

(BACA JUGA:BNPT Sindir Ustaz Khalid Wahabi, Gus Umar: Jangan Seenaknya Anda Bicara! )

"Jika ada yang mengganggu, biasanya petinggi HTI melakukan upaya diplomasi kepada pihak keamanan yang sudah terkena virus Khilafah tersebut," tukasnya.

Yang Kedua, tahapan pertama dijadikan modal dalam proses pengambilalihan kekuasaan. Strategi mengantarkan HTI ke tampuk pemerintahan dalam upaya mengubah ideologi negara menjadi Islam berhasil. 

"Tahap ketiga apabila itu sudah didapatkan, maka dilakukan pembentukan opini atau narasi secara masif di semua media offline maupun online," urainya.

(BACA JUGA:Sindir Ustaz Khalid sebagai Wahabi, BNPT: Apa Perlu Wayang Dibuat Pakai Jenggot dan Jidat Hitam? )

Makmun Rasyid melihat infiltrasi yang bisa dilakukan HTI saat ini baru sampai tahap kedua. 

Seperti yang dilakukan Badan Wakaf Al-Qur'an milik tokoh HTI. Selain cara tersebut, mereka masuk dengan ajakan untuk mengadakan berbagai kajian murakkazah dalam halaqah-halaqah, dan tatsqîf jama’i. 

"Intinya fokus kepada umat agar masyarakat melakukan pembentukan opini kepada pemerintah dengan menonjolkan ragam keburukannya," lanjut Makmun Rasyid.

(BACA JUGA:Eko Kuntadhi Sebut Arab Saudi Tinggalkan Wahabi Agar Tak Bodoh: Kita Malah Ikut Kebodohan Mereka!)

Pada aspek ini mereka melakukan kajian dan halaqah serta menguasai masjid-masjid di lingkungan TNI/Polri. Ciri ini, lanjutnya, memiliki kesamaan dengan infiltrasi yang dilakukan Salafi-Wahabi. 

Makmun Rasyid mencontohkan seperti yang pernah terjadi di Masjid Al-Badar Pussenif TNI Kodiklatad, Bandung, Jawa Barat pada 2021 lalu. Mereka melakukan rekrutmen imam shalat tetap. Kriteria yang ditetapkan salah satunya harus bermanhaj salaf dan bersifat diutamakan. 

"Artinya, pendaftar di luar kelompok mereka, secara otomatis tidak akan lolos. Apalagi yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Bagi kelompok Salafi, utamanya NU dianggap bagian dari kelompok yang sesat. Karena memelihara tradisi seperti Maulid dan Tahlilan. Tradisi ini dianggap mereka sebagai perbuatan bid'ah yang bisa mengantarkan ke neraka," jelas Makmun.

(BACA JUGA:3 Ustaz Sebut Bumi Itu Datar, Eko Kuntadhi Ungkit Wahabi: Waktu Pelajaran Geografi, Terkunci di WC!)


Rekrutmen imam salat tetap Masjid Al-Badar Pussenif TNI Bandung-screenshoot pemuda NU-Facebook

Siapa yang masuk ke Masjid Al-Badar Pussenif TNI di Bandung tersebut? "Mereka yang terafiliasi dengan Salafi-Wahabi. Atau bagian dari gabungan varian antara Salafi Hijazi dan Salafi Haraki. Gerbong ini memang ditugaskan untuk melakukan infiltrasi ke pihak aparat keamanan melalui ragam pintu," tuturnya.

Makmun Rasyid menyebut varian yang belakangan masuk ke TNI terbagi dua. Yaitu varian Salafi Hijazi (berdakwah dengan fokus membangun tatanan keimanan perspektif Muhammad bin Abdul Wahab yang anti-Tasawuf, anti-Maulid, anti-Budaya dan sejenisnya, Red). Satunya lagi varian Salafi Haraki (yang menjadi penghubung ke partai politik, Red)

"Varian ini berusaha menempel kepada pihak keamanan yang berpengaruh. Tujuannya agar bisa titipkan gagasan ke partai politik," katanya. 

(BACA JUGA:Ustad Khalid Basalamah Sebut Wayang Haram, Makmun Rasyid: Salafi-Wahabi Adalah Virus yang Harus Diperangi)

Selain itu, mereka juga telah membuat sejumlah grup untuk mewadahi simpatisan atau pengikutnya. Salah satunya "Prajurit Mengaji". 

Semua isi grup terkait kajian keislaman merupakan bahan ajaran untuk pemula dan menengah. 

Namun umumnya terkait keimanan. Ini menjadi tahap dalam penataan jaringan di lingkungan keamanan. "Prinsipnya, jika TNI/Polri sudah terpengaruh dan terhipnotis, maka mereka akan dengan mudah mengarahkan kebijakan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing anggota. Ini yang harus diwaspadai dan harus dicegah," pungkasnya. 

(BACA JUGA:Ustad Khalid Haramkan Wayang, Eko Kuntadhi: Wahabi Selalu Menyudutkan Budaya Lokal)

Seperti diberitakan dugaan paham Wahabi/Salafi sudah menyusup ke tubuh institusi resmi negara disinyalir benar adanya. 

Sejumlah pengikut maupun penceramah aliran Wahabi/Salafi ini bahkan telah masuk ke Polri dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

Para penceramah aliran Wahabi/Salafi menyusup ke lembaga negara agar pergerakan mereka tidak dicurigai pemerintah.

(BACA JUGA:Mak Jleb! Wanda Hamidah Sindir Ahmad Dhani Wahabi dan Penebar Kebencian)

Masuknya aliran Wahabi/Salafi ke lembaga resmi negara ini dibongkar oleh mantan ustadz Wahabi/Salafi asal Gorontalo bernama Ustadz Rubianto Ibrohim.

Video kesaksian mantan ustadz Wahabi/Salafi tersebut diposting oleh pegiat media sosial Yusuf Muhammad. 

"Biar pada paham siapa sebenarnya yang menjajah Negeri kita. Bukan PKI, bukan Komunis, tapi mereka adalah bandit2 berkedok agama yg bayarannya bisa 20jt/bln," cuit Yusuf Muhammad melalui akun Twitter @yusuf_dumdum seperti dilihat FIN pada Rabu (9/3/2022).

(BACA JUGA:Said Aqil Sebut Pintu Masuk Teroris Itu Wahabi, Begini Tanggapan PKS)

“Target mereka pertama adalah mencari massa sebanyak-banyaknya. Jadi mereka membuat majelis taklim di mana-mana,” ujar Ustadz Rubianto Ibrohim. 

Dia menyebut di tubuh Kepolisian juga ada organisasi yang di dalamnya berisi para pengikut Wahabi/Salafi. Organisasi itu bernama Polisi Cinta Sunnah (PCS). 

“Bahkan, mereka di kepolisian juga ada. Ada namanya PCS, Polri Cinta Sunnah. Itu organisasi mereka. Di situ ada orang-orang mereka. Ada ustadz-ustadznya di dalam PCS itu,” lanjut Ustadz Rubianto Ibrohim. 

(BACA JUGA:Ustad Sofyan Bilang Wisata ke Candi Borobudur Haram, Eko Kuntadhi: Gerombolan Wahabi Kacau!)

Tak hanya di polisi. Ustadz Rubianto Ibrohim juga mengungkapkan para pengikut Wahabi/Salafi juga telah menyusup ke MUI. “Setelah itu target mereka, masuk ke organisasi-organisasi resmi. Tujuannya supaya dianggap legal. Seperti di MUI. Mereka mulai masuk di situ,” terangnya. 

Para penceramah di organisasi Wahabi/Salafi itu, lanjut Ustadz Rubianto Ibrohim, mendapat gaji dari luar negeri. Nilainya Rp20 juta per bulan. “Di samping itu, mereka dapat gaji dari luar negeri kurang lebih Rp20 juta satu bulan, per Dai-nya mereka. Satu provinsi itu satu orang Dai. Nah, mereka itu juga dievaluasi,” tukasnya.

Dia juga membeberkan ada beberapa yayasan yang ikut mendanai gerakan pengikut Wahabi/Salafi ini. “Kalau di NU, yang dari Timur Tengah itu nama organisasinya Robitah. Tapi kalau dari mereka, selain dari Robitah ada beberapa yayasan yang mendanai mereka,” terangnya.

(BACA JUGA:Ulil: Kelompok Islam Salafi Merasa Diri Paling Benar dari yang Lain)

Karena itu, lanjutnya, ada televisi milik mereka yang tanpa iklan semakin hari kian besar. Termasuk sekolah-sekolah pengikut Wahabi/Salafi yang tanpa bantuan bisa cepat berkembang.

Menurut ustadz Rubianto Ibrohim, aliran Wahabi/Salafi ini dinilai membahayakan Indonesia. Karena menolak aturan di Indonesia. Contohnya tidak mau hormat pada bendera Merah Putih. 

"Dalam pemahaman Wahabi/Salafi hormat pada bendera itu Thogut. Yaitu selain hukum Allah. Artinya sama dengan menyembah merah putih. Itu oleh mereka dianggap sama dengan beribadah selain kepada Allah SWT," urainya. 

(BACA JUGA:Komisi III DPR Imbau BNPT: Jangan Sudutkan Islam dengan Isu Radikalisme)

Tak hanya itu, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW juga ditentang oleh aliran Wahabi/Salafi ini. 

"Mereka menentang dan menganggap itu berlebihan kepada Nabi. Menurut mereka itu bid'ah. Cinta mereka kepada Nabi terlalu kaku. Katanya tidak ada dalam syariat Islam. Begitu juga dengan tahlilan. 

Dikatakan, ustadz yang punya watak radikal tidak boleh diberi tempat di organisasi resmi. 

"Seperti di MUI misalnya. Karena itu akan mereka jadikan tameng. Mereka bersembunyi di organisasi resmi seperti itu. Jadi seakan-akan mereka tidak dianggap sesat. Dengan begitu, mereka lebih leluasa bergerak untuk menyebarkan ajarannya kepada publik. Padahal  step by step aliran Wahabi/Salafi ini mengajarkan kebencian kepada orang yang berbeda dengan mereka," pungkasnya.

(BACA JUGA:Cara Penceramah Radikal Susupi TNI/Polri, Berikan Pengaruh Lebih Halus Agar Ideologi Mereka Dapat Diterima )

(BACA JUGA:Ciri Ustaz Radikal Itu Kafirkan Non Muslim, MUI Sumut: BNPT Merusak Ajar Tauhid dalam Islam!)

 

Admin
Penulis