Trump Klaim Bunuh Jenderal Iran untuk Akhiri Perang

Trump Klaim Bunuh Jenderal Iran untuk Akhiri Perang

WASHINGTON  -  Jenderal Iran Qassem Soleimani tewas di tangan militer Amerika Serikat (AS). Pria berusia 62 tahun itu dilaporkan tewas dalam sebuah serangan yang berlangsung di Bandara Baghdad. Presiden AS Donald Trump mengatakan, terbunuhnya Soleimani sebagai upaya untuk menghentikan perang.

"Kami mengambil tindakan tadi malam untuk menghentikan perang, kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," ujar Trump dilansir Asosiasi Perss (AP), Sabtu (4/1).

Baca Juga: Ayatollah Ali Khamenei Murka!

Soleimani dan pejabat milisi yang didukung Iran meninggalkan bandara di Baghdad dengan dua mobil. Tak lama, mereka diserang beberapa rudal dari pesawat tak berawak milik AS di dekat area kargo bandara. Saat itu, Soleimani dilaporkan baru saja mendarat dari Lebanon atau Suriah. Garda Revolusi Iran mengatakan 10 orang tewas, dalam serangan itu, termasuk lima anggotanya dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.

Penargetan terhadap Soleimani, yang merupakan kepala Pasukan Quds elit Iran ini, bisa dibilang merupakan tindakan militer paling provokatif di Timur Tengah semenjak 2003 perang Irak untuk menggulingkan Saddam Hussein.

Soleimani dianggap sebagai pejabat paling kuat kedua di Iran. AS mengklaim, Soleimani telah melakukan rencana serangan yang akan membahayakan pejabat dan warga Amerika di Timur Tengah. Trump juga telah memperingatkan Iran bahwa penasihat militernya telah menyusun rencana, jika Iran akan melakukan serangan balasan.

Baca Juga: Indonesia Tidak Kompromi soal Klaim China di Natuna

Trump menyebut Soleimani sebagai sosok yang kejam yang menjadikan kematian orang-orang tak berdosa sebagai penderitaannya. Trump juga memperingatkan Iran agar tidak membalas. Dia mengatakan, militernya memiliki target Iran yang telah diidentifikasi sepenuhnya untuk saling membalas.  AS memiliki berbagai kekuatan ofensif dan defensif di wilayah Teluk dalam jangkauan Iran.

"Jika orang Amerika di mana saja terancam, kami memiliki semua target itu yang telah diidentifikasi sepenuhnya dan saya siap dan siap untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan, dan itu secara khusus merujuk pada Iran," kata Trump.

Selama hampir tiga tahun menjabat, Trump telah terlibat perdebatan dengan Iran. Pada bulan Juni 2019 lalu, Iran menembak jatuh pesawat tak berawak milik Amerika. Trump telah memberikan izin untuk melakukan serangan militer terhadap Iran. Namun 10 menit kemudian, Trump membatalkannya. Trump mengatakan dia berubah pikiran setelah diberitahu oleh seorang jenderal bahwa serangan itu akan menyebabkan hingga 150 korban Iran.

Iran adalah musuh bebuyutan AS selama beberapa dekade. Iran memiliki sejumlah opsi untuk menyerang balik, secara militer atau lainnya.  Puluhan ribu pasukan Amerika di wilayah Teluk Persia, termasuk di Irak dan Qatar, berada dalam jangkauan yang mudah dari rudal Iran.  Iran memiliki kemampuan untuk bertindak lebih klandestin dengan serangan cyber atau serangan proxy militer terhadap target AS di luar negeri. (dal/Ap/fin).

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: