RSD COVID Wisma Atlet Tak Terima Pasien Anak

RSD COVID Wisma Atlet Tak Terima Pasien Anak

JAKARTA - Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta tidak menerima pasien anak di bawah usia 15 tahun atau kategori anak-anak. Pasien yang dirawat di RSD ini adalah orang dewasa dan lanjut usia. Pangdam Jaya Mayjen Eko Margiyono menegaskan RSD COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran tidak menerima pasien yang berusia di bawah 15 tahun atau kategori anak-anak. "Saya sampaikan adalah di dalam penerimaan pasien, usia minimal 15 tahun ke atas. Jadi anak-anak tidak akan kami terima," katanya saat konferensi pers di BNPB Jakarta, Kamis (26/3). Dijelaskan ada beberapa kriteria pasien yang akan ditangani oleh rumah sakit darurat ini. Pertama, masyarakat yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) dengan usia 60 tahun keatas dan Pasien Dalam Pengawasan dengan usia 15 tahun ke atas. "Jadi dengan beberapa kriteria, kriteria pertama ODP itu usianya lebih 60 tahun. Sedangkan untuk PDP, keluhan ringan, sesak ringan sampai sedang, usia lebih dari 15 tahun," katanya lagi. "Yang ketiga, limitasi kontak dengan petugas, dan keempat, apabila makin memberat maka akan dirujuk ke RS rujukan seperti RSPI Suliyanti Saroso dan RSUP Persahabatan," lanjutnya. Eko juga mengatakan, masyarakat yang merasakan gejala dan melakukan kontak langsung dengan pasien positif COVID-19 sebelumnya, dapat memeriksakan diri secara mandiri di RS Darurat. "Bila alami gejala dan kontak dengan yang terpapar, bisa laporan mandiri, atau hubungi call center 119," kata dia. "Kami juga menerima rujukan rumah sakit lain, bisa disalurkan dengan syarat telah pemeriksaan awal (dari rumah sakit sebelumnya)," ujarnya. Selain itu, Eko mengatakan RSD COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran juga mendapatkan kedatangan pasien dari luar wilayah Jabodetabek seperti Surabaya dan Semarang. Meski demikian, para pasien tersebut tetap diterima. "Kami juga ingin menyampaikan bahwa rumah sakit ini untuk menampung pasien yang berada di Jabodetabek," ujarnya. "Namun pada kenyataannya, di hari pertama saja ada pasien datang dari Surabaya dan Semarang. Tapi, kami tetap akan menerima," lanjutnya. Eko juga menyampaikan bahwa RSD COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran menerapkan sistem self-handling dengan memanfaatkan teknologi bertajuk "visit video call". "Kami ingin juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa rumah sakit ini berbeda dengan rumah sakit-rumah sakit yang lain. Rumah sakit ini menerapkan sistem pelayanan self-handling, dengan sistem visit video call," terangnya. Sistem lainnya yang diterapkan, adalah karantina mandiri dan juga membatasan kontak dengan petugas yang bertugas. Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu RSD Wisma Atlet, Brigjen TNI M Saleh mengatakan hingga Kamis (26/3), sebanyak 215 pasien berbagai kategori menjalani perawatan di RSD Wisma Atlet. "Update jumlah pasien di Rumah Sakit Darurat pada Kamis 26 Maret 2020 hingga pukul 13.00 WIB, sebanyak 215 pasien" katanya dalam keterangan tertulisnya. Dibeberkannya, pasien yang menjalani perawatan inap di RS Darurat terdiri dari 124 pria dan 91 wanita. "Jumlah pasien tersebut dari berbagai kategori antara lain positif terjangkit COVID-19 sebanyak 14 orang, ODP mencapai 44 orang, serta PDP sekitar 157 orang," rincinya. Terpisah, Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Andre Rahadian mengatakan Indonesia 4000 relawan tenaga medis. Sebanyak 1.500 dokter mulai dari spesialis paru, anastesi, umum, hingga pranata laboratorium untuk menghadapi pandemi COVID-19 di Tanah Air. "Kemudian sebanyak 2.500 perawat dan sejumlah administrasi rumah sakit dan supir ambulans," ujarnya. Andre mengatakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 memanggil dan mengajak para relawan untuk menjadi bagian dari pejuang kemanusiaan. Gugus tugas juga sudah membuat microsite di laman situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pendaftaran para relawan. Gugus Tugas bekerja sama dengan banyak asosiasi, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, mengajak semua elemen bergabung, dimana dokter dan perawat di gugus depan. Sedangkan relawan mahasiswa akan berada pada lapis kedua sebagai bagian dari pencegahan. "Teman-teman mahasiswa akan membantu konsultasi baik psikologis maupun medis, yang akan dilakukan melalui telepon atau online," katanya. Andre menegaskan Gugus Tugas bekerja sama dengan banyak pihak yang juga mengkoordinir relawan. Semua itu akan diintegrasikan sehingga nantinya memiliki data yang lengkap dan selalu diperbaharui. "Mudah-mudahan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 ini mendapatkan dukungan dari semua warga Indonesia, dengan menjadi pejuang kemanusiaan," kata Andre. Hingga Kamis, 26 Maret 2020 total kasus positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 893 kasus atau bertambah 103 kasus, sementara 35 orang sembuh dan 78 meninggal dunia.(gw/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: