Grafik Covid-19 Mayoritas Daerah Turun
Editor:
admin |
Selasa 15-09-2020,02:00 WIB
Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah untuk tidak terburu-buru dalam memperketat limitasi pergerakan masyarakat. Ini lantaran daerah dapat melakukan pembatasan berskala lokal dan komunitas guna mencegah penularan Covid-19.
”Jangan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan. Kalau bekerja berbasis data, langkah intervensinya akan berjalan lebih efektif,” tegas Jokowi dalam pembukaan Rapat Terbatas membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Kompleks Istana Merdeka, Senin (14/9).
Jokowi juga meminta bawahannya untuk meningkatkan penanganan klaster transmisi lokal, terutama di delapan provinsi prioritas. Kedelapan wilayah tersebut terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Mantan Walikota Solo tersebut mencatat, hingga 13 September, rata-rata kasus aktif Covid-19 secara nasional mencapai 25,02% atau lebih tinggi dari rata-rata dunia sebesar 24,78%. Kemudian, jumlah kasus sembuh mencapai 155.010 dengan tingkat kesembuhan (recovery rate) mencapai 71% atau lebih rendah dari rata-rata global. ”Kita terus kejar rata-rata tingkat kesembuhan dunia,” ujar dia.
Jokowi juga meminta bawahannya untuk bekerja keras dalam menurunkan tingkat kematian akibat Covid-19. Rata-rata rasio pasien corona RI yang meninggal mencapai 3,99% atau turun dari bulan lalu sebesar 4,49%. Meski begitu, rata-rata angka kematian tersebut di atas rata-rata dunia, yaitu 3,18%.
Tingginya angka kematian tersebut ditopang empat provinsi dengan rasio di atas 6%. Keempatnya adalah Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Presiden berjanji, akan menambah tempat isolasi Covid-19 untuk pasien tanpa gejala dan gejala ringan. ”RSD Wisma Atlet masih kosong untuk menampung 2.581 orang,” katanya.
Saat ini daya tampung di tower 6 RSD Wisma Atlet, Kemayoran mencapai 858 pasien. Kemudian tower 7 bisa menampung 1.723 pasien. Sementara, tower 4 dan tower 5 memiliki kapasitas 4.863 pasien. Selain itu, ada pula Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto yang mampu menampung 653 pasien.
Di wilayah lainnya, pemerintah menyiapkan Balai Besar Kesehatan di Batam, Semarang, dan Makassar untuk menampung pasien Covid-19. Jokowi juga meminta bawahannya untuk menyiapkan pusat karantina bagi pasien Covid-19 bergejala ringan guna mencegah penularan kepada keluarga.
Dalam hal ini, pemerintah bekerja sama dengan 15 hotel biintang 2 dan 3 untuk menyediakan kamar untuk 3 ribu pasien. Presiden juga meminta bawahannya memastikan ketersediaan tempat tidur dan ICU rujukan untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Ia memerintahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto membenahi protokol keamanan tenaga kesehatan dan pasien di seluruh RS. ”Ini supaya RS jadi tempat aman dan tidak menjadi klaster penularan Covid-19,” terangnya.
Mantan Gubernur DKI itu juga meminta ketimpangan kapasitas pengujian Covid-19 di berbagai daerah untuk diatasi. Sebagai contoh, jumlah tes di Jakarta mencapai 324 ribu.
Sementara, Jawa Timur mencapai 184 ribu, Jawa Tengah 162 ribu, Jawa Barat 144 ribu, dan berbagai provinsi lainnya masih di bawah 100 ribu. Ia pun meminta penanganan Covid-19 di Indonesia tidak dibandingkan dengan negara lain yang bukan kepulauan.
Sebab, upaya penanganan dengan kondisi geografis pulau menjadi berbeda. Presiden juga memerintahkan Terawan, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, serta Satgas Covid-19 untuk fokus dalam penanganan virus corona. ”Sehingga hasilnya setiap minggu terlihat,” katanya.
Dari sisi ekonomi, ia meminta para menteri untuk memperhatikan insentif yang bersifat tunai. Bantuan tersebut perlu didorong untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga hingga akhir September ini.
Dari penegasan Jokowi itu, ternyata implikasinya cukup positif. Nilai tukar rupiah menguat 0,07% ke level Rp14.880 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot sore ini, Senin (14/9).
Rupiah berbalik menguat setelah sempat melemah usai Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan resmi soal kebijakan pembatasan soial berskala besar. Rupih sejak pagi bergerak melemah usai dibuka menguat dan sempat berada di posisi Rp 14.930 per dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate bahkan menempatkan rupiah pada posisi Rp 14.974 per dolar AS.
Hampir seluruh mata uang Asia menguat sore ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,16%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,13%, dolar Taiwan 0,07%, won Korea Selatan 0,27%, peso Filipina 0,08%, rupee India 0,07%, yuan Tiongkok 0,17%, dan ringgit Malaysia 0,18%.
Terpisah Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro, menjelaskan melihat kasus aktifnya, terjadi penurunan di beberapa tempat. Ia merincikan sebaran kasus aktif per provinsi, tertinggi berada di DKI Jakarta dengan 11.436 kasus aktif, mengalami penurunan dari hari sebelumnya sebanyak 12.078 kasus.
Tertinggi kedua berada di Jawa Barat dengan 6.443 kasus. Jumlah ini mengalami kenaikan dari hari sebelumnya sebanyak 6.404 kasus.Tertinggi ketiga di Jawa Tengah sebanyak 5.439 kasus mengalami penurunan dari hari sebelumnya sebanyak 5.518 kasus.
”Memang jumlah kasus aktif fluktuatif, tetapi dari data hari ini dapat dikatakan rata-rata jumlah kasus aktif di Indonesia banyak mengalami penurunan,” lanjut Reisa.
Pada tingkat kesembuhan hari ini terdapat tambahan 3.395 kasus dan kesembuhan total menjadi sebanyak 158.405 kasus dengan recovery rate (tingkat kesembuhan) di angka 71%. ”Angka ini (kesembuhan) cukup tinggi ya, artinya tujuh di antaranya 10 orang yang terkena Covid-19 sudah sembuh,” jelasnya.
Sedangkan penambahan kasus positif baru hari ini sebanyak 3.141 kasus dan kumulatifnya 221.523 kasus. Ia juga menginformasikan dari data Kementerian Kesehatan, bed occupancy ratio (BOR) atau ketersedian tempat tidur dalam kondisi aman.
Kondisi ini katanya dapat mengantisipasi lonjakan jika terjadi lonjakan 20% sesuai ketentuan World Health Organization (WHO). ”Tetapi tentu kita tidak harapkan itu akan terisi ya,” tambah Reisa.
Dalam memerangi pandemi ia mengimbau masyarakat untuk disiplin. Dalam menerapkan protokol kesehatan harus dilaksanakan tanpa terkecuali di seluruh Indonesia. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih tetap diberlakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama. Tidak mungkin hanya menggantungkan pada pemerintah saja. Kampanye menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menghindari kerumunan harus dilakukan secara masif.
Pemerintah sendiri dalam beberapa pekan lalu sudah mengeluarkan berbagai upaya seperti surat edaran dan imbauan. Misalnya tentang jam kerja, jumlah pegawai dalam satu ruangan kerja termasuk peserta rapat harus dibatasi dan diatur agar physical distancing atau menjaga jarak tetap diterapkan.
Pemerintah sendiri telah melakukan 3T yaitu testing, tracing dan treatment. Sementara masyarakat diminta untuk menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak aman dan mencuci tangan termasuk dalam lingkaran terdekat di dalam lingkungan keluarga.
Ia menyarankan bagi masyarakat yang sedang menjalani perawatan kesehatan, agar tetap semangat dan optimistis. Dan bagi yang sehat tetap ingatlah selalu lebih baik mencegah daripada mengobati.
Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk jangan sekali-kali meremehkan atau tidak percaya pada virus Covid-19. Karenanya untuk memutus rantai penyebaran harus dilakukan bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah baik di Indonesia maupun seluruh dunia.
”Warna zona bukan dibuat tanpa data, semakin kita disiplin, pandemi ini pasti akan mereda. Jadi kompak dan disiplin yuk. Dan orang Indonesia selalu bisa. Pemerintah melakukan 3T, kita semua masyarakat melakukan 3M, Indonesia pasti bisa,” ajak Reisa. (tim/fin/ful)
DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News
Sumber: