Sabu Golden Triangle Masuk Madura

Sabu Golden Triangle Masuk Madura

JAKARTA - Narkotika jenis sabu yang diamankan di Madura, Jawa Timur merupakan produksi Golden Triangle atau Kawasan Segitiga Emas. Jenis sabu murni (crystal meth) dari kebun opium dan pabrik sabu-sabu terbesar di Asia Tenggara. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Petrus Reinhard Golose mengatakan sindikat narkotika Malaysia-Madura mengedarkan crystal meth yang diproduksi di Golden Triangle.

BACA JUGA: ICW Pertanyakan Keputusan Deputi Penindakan KPK Tak Lagi Panggil Antam Novambar

“Kalau melihat packaging (kemasan) seperti ini, bisa dilihat ini berasal dari Golden Triangle, atau (setidaknya) melewati Golden Triangle, kemudian masuk ke (wilayah) kita (Indonesia),” terangnya jumpa pers pengungkapan Sindikat Narkotika Malaysia-Madura, Kamis (25/3). Dijelaskannya, hasil pemeriksaan sementara laboratorium menunjukkan asal sabu-sabu dan narkotika lainnya seperti ganja dan ekstasi dari sindikat Malaysia-Madura, tidak hanya dari Golden Triangle, tapi juga dari Golden Crescent di Asia Barat, Asia Tengah, dan Asia Selatan; atau China.

BACA JUGA: Gagalkan Upaya Penyelundupan Impor Tekstil, Bea Cukai Selamatkan UMKM

Dikatakannya hasil penangkapan sindikat Malaysia-Madura sejak Februari sampai Maret 2021, BNN menyita 400,18 kilogram (kg) ganja; 87,4 kg sabu-sabu; dan 35.915 butir ekstasi. "Total sabu-sabu yang telah disita BNN dalam waktu tiga bulan pertama 2021 hampir mencapai satu ton, tepatnya 917,9 kg," ungkapnya. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) sekitar Februari 2021 menerbitkan laporan bahwa gembong-gembong narkotika di Segitiga Emas mampu memproduksi sendiri bahan mentah sabu-sabu (metamfetamin), yang kemudian dikenal dengan nama prekursor dan pre-prekursor.

BACA JUGA: Rocky Gerung: Ada Kontras Moral Antara HRS Petugas Rakyat dan Jokowi sebagai Petugas Partai

Terkait laporan itu, BNN menyadari kemajuan teknologi para gembong narkoba di Segitiga Emas. Kemajuan itu turut mempengaruhi cara transaksi narkotika beberapa bulan terakhir, kata Petrus. "Kalau dulu, orang harus kirim duit dulu (baru menerima barang, Red). Sekarang tidak, barang dijual, duit disetor (setelahnya). Jadi lebih advance mereka sehingga ini yang membuat tantangan kami bekerja lebih sulit," katanya. Terpisah, Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menerangkan karakter khas paket sabu-sabu murni yang diproduksi di Golden Triangle.

BACA JUGA: Penyuap Edhy Prabowo Ngaku Diminta Fee Rp5 M untuk Izin Ekspor Benur

“Ada beberapa jenis memang. (Kami) biasa melihatnya dari packaging-nya, karena berbeda (tiap daerah). Biasanya (narkotika) dari Segitiga Emas (Golden Triangle), yaitu (daerah pegunungan dan terpencil) di Thailand, Laos, dan Myanmar, mereka punya packaging seperti bungkus teh,” terangnya. Sedangkan, paket narkotika dari Golden Crescent (Bulan Sabit Emas) tidak dikemas dengan bungkus khusus, tetapi hanya menggunakan plastik polos bening atau disimpan dalam tempat kedap angin model tupperware. Produk-produk narkotika buatan China juga biasanya dikemas rapi seperti dari Golden Triangle.

BACA JUGA: Soal Sidang HRS, Denny Siregar ke Hakim: Jangan Panggil Dia Habib, Jangan Takut Masuk Neraka

“Ini ada tiga macan, warna gold (emas), hijau tua, dan hijau muda,” ujarnya. Golden Triangle atau Segitiga Emas merupakan penghasil opium dan sabu-sabu terbesar di Asia Tenggara yang digerakkan oleh sejumlah gembong narkotika bersama kelompok bersenjata di daerah-daerah pedalaman dan pegunungan di Myanmar, Thailand, dan Laos. Sementara itu, Golden Crescent atau Bulan Sabit Emas juga salah satu penghasil opium dan kawasan produksi narkotika, utamanya sabu-sabu di daerah pedalaman dan pegunungan Iran, Afghanistan, serta Pakistan.(gw/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: